3.9.1
Jenis-Jenis Manusia Purba di Indonesia dan Dunia dengan Manusia Modern.
·
Jenis-Jenis Manusia
Purba di Indonesia
A.
Pithecanthropus
Ciri-Ciri
Pithecanthropus
1. Mempunyai
hidung lebar dan tidak berdagu
2. Mempunyai
rahang yang kuat dan geraham yang besar
3. Memakan
tumbuhan dan daging hewan buruan
4. Tonjolan
kening tebal dan melintang sepanjang pelipis
5. Volume
otak berkisar antara 750-1350 cc
6. Berbadan
tegap, namun tidak setegap Meganthropus
7. Memiliki
tinggi tubuh antara 165-180 cm
a)
Pithecanthropus Erectus
Fosil manusia purba jenis
Pithecanthropus Erectus ditemukan di desa Trinil lembah bengawan solo oleh E.
Dubois (1890). Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang atas, tengkorak dan
tulang kaki.
Gambar 1 : Pithecanthropus Erectus
b)
Pithecanthropus
Mojokertensis
Fosil manusia purba jenis
Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan di Mojokerto Jawa Timur oleh Von
Koeningswald pada tahun 1936. Fosil yang ditemukan hanya berupa tulang
tengkorak anak-anak. Pithecanthropus Mojokertensis disebut juga dengan
Pithecanthropus Robustus.
Gambar 2 : Pithecanthropus Mojokertensis
c)
Pithecanthropus
Soloensis
Manusia purba jenis Pithecanthropus
Soloensis ditemukan di Ngandong dan Sangiran antara tahun 1931-1933 oleh Von
Koeningswald dan Oppernoorth. Fosil yang ditemukan berupa tengkorah dan juga
tulang kering
Gambar 3 : Pithecanthropus soloensis
B.
Meganthropus
Ciri-Ciri
Meganthropus Paleojavanicus
1.
Mempunyai otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat
2.
Tidak mempunyai dagu, sehingga lebih menyerupai kera
3.
Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.
4.
Mempunyai tonjolan tajam di belakang kepala
5.
Makanannya berupa tumbuh-tumbuhan
a). Meganthropus
Paleojavanicus
Manusia
purba jenis Meganthropus paleojavanicus ditemukan di Sangiran Jawa Tengah pada
tahun 1914 oleh Van Koenigswald. Fosil yang ditemukan berupa beberapa bagian
tengkorak, rahang bawah, serta gigi-gigi yang telah lepas.
Gambar 4 : Meganthropus Paleojavanicus
C.
Homo
Manusia
purba dari genus Homo adalah jenis manusia purba yang berumur paling muda,
fosil manusia purba jenis ini diperkirakan berasal dari 15.000-40.000 tahun SM.
Dari volume otaknya yang sudah menyerupai manusia modern, dapat diketahui bahwa
manusia purba ini sudah merupakan manusia (Homo) dan bukan lagi manusia kera
(Pithecanthrupus). Homo merupakan manusia purba
yang memiliki fikiran yang cerdas Di Indonesia sendiri ditemukan tiga
jenis manusia purba dari genus Homo, antara lain Homo soloensis, Homo
wajakensis, dan Homo floresiensis.
Ciri-Ciri
Homo Sapiens (Homo)
1.
bentuk tubuh hampir sama dengan bentuk tubuh manusia pada zaman sekarang
2.
memiliki kehidupan sederhana
3.
banyak meninggalkan benda-benda budaya
a)
Homo Soloensis
Manusia
purba jenis Homo soloensis ditemukan oleh Von Koeningswald dan Weidenrich
antara tahun 1931-1934 disekitar sungai bengawan solo. Fosil yang ditemukan
hanya berupa tulang tengkorak.
b)
Homo Wajakensis
Manusia
purba jenis Homo Wajakensis ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889 di
Wajak, Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa rahang bawah, tulang tengkorak,
dan beberapa ruas tulang leher.
c)
Homo Florensis
Manusia purba jenis
Homo Florensis ditemukan saat penggalian di Liang Bua, Flores oleh
tim arkeologi gabungan dari Puslitbang Arkeologi Nasional, Indonesia dan
University of New England, Australia pada tahun 2003. Saat dilakukan penggalian
pada kedalaman lima meter, ditemukan kerangka mirip manusia yang belum membatu
(belum menjadi fosil) dengan ukurannya yang sangat kerdil. Manusia kerdil dari
Flores ini
diperkirakan hidup antara 94.000 dan 13.000 tahun SM.
Homo
Sapiens,diduga merupaka nenek moyang bangsa indonesia yg berasal dari
yunan-daratan cina selatan yg menyebar di kepulauan indonesia tahun
1500 SM.
·
Jenis-Jenis Manusia
Purba di Dunia
A. Sinanthropus Pekinensis
A. Sinanthropus Pekinensis
Fosil
ini ditemukan oleh Prof. Devidson Black pada tahun 1927 di gua-gua dekat Chou-
Kou- Tien. Dari temuan fosil tersebut menunjukkan adanya persamaan dengan
Pithecanthropus Erectus
B.
Homo Africanus (Homo Rhodesiensis)
Ditemukan
oleh Raymond Dart dan Robert Brom pada tahun 1924 di goa Broken Hill, Rhodesia
(Zimbabwe).
C.
Australopithecus Africanus
Ditemukan
oleh Raymond Dart pada tahun 1924 di Taung, dekat Vryburg, Afrika selatan.
D.
Homo Heidelbergensis
Ditemukan
oleh Dr. Schoetensack di desa Maurer dekat kota Heidelberg (Jerman).
E.
Homo Neanderthalensis
Ditemukan
oleh Rudolf Virchow dan Dr. Fulrott di lembah sungai Neander, dekat Dusseldorf,
Jerman tahun 1956. Ciri manusia purba ini mendekati ciri homo wajakensis.
F.
Homo Cro Magnon (Ras Cro-Magnon)
Ditemukan oleh Lartet
di gua Cro Magnon dekat Lez Eyzies, sebelah Barat Daya Prancis tahun 1868.
3.9.2 Manusia Prasejarah
di Indonesia
Jenis
manusia purba yang ditemukan di Indonesia memiliki usia yang sudah tua, hampir
sama dengan penemuan manusia purba di negara-negara lainnya di dunia. Bahkan
Indonesia dapat dikatakan mewakili penemuan manusia purba di daratan Asia.
Daerah penemuan manusia purba di Indonesia tersebar di beberapa tempat,
khususnya di Jawa. Penelitian tentang manusia purba di Indonesia telah lama
dilakukan. Para peneliti itu antara lain: Eugene Dubois, G.H.R Von Koenigswald,
dan Franz Wedenreich. Berikut ini jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di
Indonesia.
1. Pithecanthropus
erectus (Manusia kera yang berjalan tegak)
Jenis
manusia ini ditemukan oleh seorang dokter dari Belanda bernama Eugene Dubois
pada tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggir Bengawan Solo, tak jauh
dari Ngawi (Madiun). Pithecanthropus Erectus diambil dari kata pithekos =
kera, anthropus = manusia, erectus = berjalan
tegak. Jadi Pithecanthropus Erectus artinya manusia-kera yang berjalan tegak.
Jenis manusia ini menurut para ahli kemampuan berpikirnya masih rendah karena
volume otaknya 900 cc, sedangkan volume otak manusia modern lebih dari 1000cc.
Kemudian kalau dibandingkan dengan kera, volume otak kera tertinggi 600 cc.
Jadi, jenis manusia purba ini belum mencapai taraf ukuran otak manusia modern.
Diperkirakan jenis manusia ini hidup antara 1 juta-600.000 tahun yang lalu atau
pada zaman paleolithikum (zaman batu tua).
Fosil
sejenis Pithecantropus lainnya ditemukan oleh G.H.R Von Koenigswald pada tahun
1936 di dekat Mojokerto. Dari gigi tengkorak diperkirakan usia fosil ini belum
melebihi usia 5 tahun. Kemungkinan tengkorak tersebut anak dari Pithecanthropus
Erectus dan von Koenigswald menyebutnya dengan nama Pithecantropus
Mojokertensis. Von Koenigswald di tempat yang sama menemukan fosil yang diberi
nama Pithecantropus Robustus.
2. Pithecanthropus
Mojokertensis (Manusia kera dari Mojo)
Pada 1936,
von Koenigswald di daerah Mojokerto menemukan fosil tengkorak anak-anak yang
diperkirakan belum melewati usia 5 tahun. Diperkirakan fosil ini merupakan
anak Pithecantropus Erectus. Fosil ini dinamakan Pithecanthropus
Mojokertensis.
3. Pithecanthropus
Soloensis(Manusia kera dari Solo)
Sebelum
menemukan Meganthropus palaeojavanicus, pada tahun 1931 Von
Koenigswald juga berhasil menemukan tengkorak dan tulang kering yang mirip
dengan Pithecanthropus erectus temuan Dubois. Fosil tersebut
kemudian diberi namaPithecanthropus soloensis berarti manusia kera
dari Solo yang ditemukan di Sambungmacan dan Sangiran.
4. Meganthropus
Paleojavanicus (manusia besar dari zaman Batu di Jawa)
Pada tahun
1941, von Koeningwald di daerah menemukan sebagian tulang rahang bawah yang
jauh lebih besar dan kuat dari rahang Pithecanthropus. Geraham-gerahamnya
menunjukkan corak-corak kemanusiaan, tetapi banyak pula sifat keranya. Von
Koeningwald menganggap mahluk ini lebih tua daripada Pithecanthropus. Mahluk
ini ia beri nama Meganthropuis Paleojavanicus (mega = besar),
karena bentuk tubuhnya yang lebih besar. Diperkirakan hidup pada 2 juta sampai
satu juta tahun yang lalu.
5. Homo
Soloensis (Manusia dari Solo)
Hampir
bersamaan dengan penemuan Meganthropus palaeojavanicus, Von
Koenigswald menemukan pula sebuahtengkorak manusia yang memiliki volume otak
lebih besar dari manusia-manusia jenis Pithecanthropus.
Struktur tengkorak manusia ini tidak mirip dengan kera. Karena itu, fosil
ini diberi nama Homo soloensis yang artinya manusia dari
Solo.
6. Homo Wajakensis
(manusia dari Wajak)
Fosil tengkorak
manusia yang mirip dengan penemuan Von Koenigswald pernah pula ditemukan
sebelumnya oleh seorang penambang batu marmer bernama B.D. Vonn Rietschotten
pada tahun 1889. Fosil tersebut kemudian diteliti oleh Eugene Dubois dan diberi
nama Homo wajakensis, artinya manusia dari Wajak.
7. Homo
Sapiens (Manusia Cerdas)
Homo Sapiens
merupakan manusia yang paling maju dan paling cerdik. Homo Sapiens, artinya
manusia yang cerdas. Homo Sapiens hidup pada masa Holosen dan memiliki bentuk
fisik yang yang hampir sama dengan manusia zaman sekarang. Fosil ini ditemukan
oleh Von Rietschoten pada tahun 1889, di Desa Wajak, Campur Darat, Tuluanggung,
Jawa Timur.
Homo Sapiens
yang terdapat di Indonesia sudah ada pada zaman Mesolithikum dan mereka sudah
mengenal tempat tinggal secara menetap serta mengumpulkan makanan dan menangkap
ikan. Kebudayaannya disebut kebudayaan Mesolithikum yang mendapat pengaruh dari
kebudayaan Bacson-Hoabinh dari Indo-Cina (Vietnam).
B. Manusia
Prasejarah di Asia, Afrika, dan Eropa
1. Manusia
Prasejarah di Asia
Penemuan
fosil manusia zaman prasejarah di Asia antara lain terjadi di Peking. Namanya
Homo erectus pekinensis, atau manusia Peking (disebut juga dengan nama manusia
Beijing atau Sinanthropus Pekinensis). Ditemukan oleh Davidson Son Black dan
Franz Waidenreich pada tahun 1929-1980 didalam gua Zhoukoudian (Choukoutien),
dekat Beijing (Peking), Cina. Diduga fosil ini hidup pada 250.000-400.000 tahun
yang lalau, pada zaman Pleistosen.
Sinanthropus pekinensis adalah manusia purba
yang fosilnya ditemukan di gua naga daerah Peking negara Cina oleh Davidson
Black dan Franz Weidenreich. Sinanthropus pekinensis dianggap bagian dari
kelompok pithecanthropus karena memiliki ciri tubuh atau badan yang mirip serta
hidup di era zaman yang bersamaan. Sinanthropus pekinensis memiliki volume isi
otak sekitar kurang lebih 900 sampai 1200 cm kubik.
2. Manusia
Prasejarah di Eropa
Di benua
Eropa, pada tahun 1856 diketemukan fosil manusia zaman prasejarah berupa
tempurung kepala dan beberapa tulang anggota tubuh yang diberi nama Homo
Neanderthalensis, oleh Rudolph Virchou. Tepatnya di Gua Neanderthal, dekat
Dusseldorf. Diperkirakan mahluk ini hidup pada pertengahan alhir Pleistosen, ±
500.000 sampai 50.000 yang lalu. Pada tahun tahun 1868, ditemukan fosil Homo
Cro-Magnon di gua Cro_Magnon dekat kota Les Eyzies. Ciri fisiknya mendekati
manusia masa kini, umurnya sekitar 40.000-25.000 tahun yang lalu.
3. Manusia
Prasejarah di Afrika
Ditemukan
fosil Homo Rhodesiensis di gua Broken Hill, Rhodesia (sekarang Zimbabwe) pada
tahun 1924 oleh Robert Brom. Selain itu, ditemukan pula fosil Australopithecus
Africanus di Taung dekat Vryburg, Afrika Selatan pada tahun 1924 oleh Raymond
Dart.
1. Australopithecus Africanus
Australopithecus africanus ditemukan di desa Taung di sekitar Bechunaland ditemukan oleh Raymond Dart tahun 1924. Bagian tubuh yang ditemukan hanya fosil tengkorak kepala saja.
Australopithecus africanus ditemukan di desa Taung di sekitar Bechunaland ditemukan oleh Raymond Dart tahun 1924. Bagian tubuh yang ditemukan hanya fosil tengkorak kepala saja.
2. Paranthropus Robustus dan Paranthropus
Transvaalensis
Dua penemuan tersebut ditemukan di daerah Amerika Selatan dengan ciri isi volume otak sekitar 600 cm kubik, hidup di lingkungan terbuka, serta memiliki tinggi badan kurang lebih 1,5 meter. Kedua fosil menusia kera tersebut disebut australopithecus.
Dua penemuan tersebut ditemukan di daerah Amerika Selatan dengan ciri isi volume otak sekitar 600 cm kubik, hidup di lingkungan terbuka, serta memiliki tinggi badan kurang lebih 1,5 meter. Kedua fosil menusia kera tersebut disebut australopithecus.
C. Manusia
Modern
Pengertian atau arti definisi manusia modern adalah manusia yang termasuk ke dalam spesies homo sapiens dengan isi volum otak kira-kira 1450 cm kubik hidup sekitar 15.000 hingga 150.000 tahun yang lalu. Manusia modern disebut modern karena hampir mirip atau menyerupai manusia yang ada pada saat ini atau sekarang.
Pengertian atau arti definisi manusia modern adalah manusia yang termasuk ke dalam spesies homo sapiens dengan isi volum otak kira-kira 1450 cm kubik hidup sekitar 15.000 hingga 150.000 tahun yang lalu. Manusia modern disebut modern karena hampir mirip atau menyerupai manusia yang ada pada saat ini atau sekarang.
1. Manusia Swanscombe - Berasal dari Inggris
2. Manusia Neandertal - Ditemukan di lembah Neander
3. Manusia Cro-Magnon / Cromagnon / Crogmanon -
Ditemukan di gua Cro-Magnon, Lascaux Prancis. Dicurigai sebagai campuran antara
manusia Neandertal dengan manusia Gunung Carmel.
4. Manusia Shanidar - Fosil dijumpai di Negara Irak
5. Manusia Gunung Carmel - Ditemukan di gua-gua Tabun
serta Skhul Palestina
6. Manusia Steinheim - Berasal dari Jerman
3.9.3 Kehidupan Manusia
Purba Indonesia dan Keterkaitannya Dengan Manusia Purba Dunia Dalam Segi
Budaya
Manusia purba yang ditemukan di Indonesia dengan julukan
sebagai manusia modern Dalam mengetahui corak kehidupan masyarakat Praaksara
terlebih dahulu kita pasti mengenal yang dimaksud manusia praaksara, yang
kemudian berkelompok menjadi masyarakt praaksara. Berawal dari muculnya atau
adanya masyarakat praaksara tidak lepas dari sumber makanan dan kebudayaan yang
ada pada masa praaksara. Bisa dibayagkan kehidupan masyarakat praaksara bermula
dari mencari makan, tinggal dan menetap. Sehingga penggolongan kehidupan
masyarakat praaksara sebagai berikut.
A.
Pola Tempat Tinggal
Manusia
prakasara merupakan manusia paling primitif dalam masa modern sekarang ini.
Namun dari masa praaksara kita dapat beradaptasi dan berkembang dalam berbagai
hal, khususnya tempat tinggal, atau rumah. Dalam masa praaksara tidak dapat
disamakan dengan masa sekarang, pada masa lampau manusia hidup berpindah-pindah
mengikuti sumber makanan dan kemudian berkembang menjadi menetap dan menanam
makanan yang dibutuhkan untuk hidup atau lebih dikenal dengan sistem cocok
tanam.
Dalam
buku Indonesia Dalam Arus Sejarah,
jilid I meneragkan bahwa pola hunian manusia purba pada masa itu memperhitugkan
tempat yangstrategis dengan melihat bahwa huniannya yang berupa gua (cave)
dekat dengan sumber mata air (sungai, bahkan sumber mata air) dan bahan
makanan. Prinsip hidup manusia purba pada awalnya adalah
nomaden,berpindah-pindah mencari sumber makanan. Sehingga dimana ada sumber
makanan dan tempat untuk tinggal maka ditempat itulah manusia purba hidup.
Sehingga dapat diketahui bahwa mobilisasi manusia purba dalam kelompok kecil
pada masa itu sangatlah tinggi menjelajah dari tempat atau sumber makanan satu
ke tempat lainya yang tidak tentu berpa jauh tempat tujuannya.
Namun
dalam perembangannya manusia purba tiggal disuatu tempat dan mulai mengenal
sistem bercocok tanam, sehingga beralih pola kehidupan yang pada awalnya
nomaden yang kemudian berubah menjadi menetap. Pola menetap ini tepat dan
tidaknya dalam memegang prinsip untuk menetap pada sumber kehidupan atau dekat
dengan sumber air. Namun jika dilihat dan dipahami jika ingin menanam tanaman
maka membutuhkan air dan tempat yang subur, sehingga bisa dipastikan tempat
tinggal masih dekat dengan sumber air. Pola menetap ini menjadi perubahan besar
yaitu terciptanya temuan alat baru yang memudahkan kehidupan manusia purba dan
hal lainnya. Sehingga gua sebagai tempat tinggal dan sumber air sebagai sumber
kehidupan.
B. Penemuan
Alat Bantu
Dalam
kehidupan manusia purba membutuhkan alat atau lebih tepatnya pada awalnya
ditemukannya alat bantu karena unsur ketidak segajaan di dalam aktifitas
mereka. Dalam buku Sejarah Nasional
Indonesia I, menjelaskan bahwa alat-alat keperluan hidup dibuat dari kayu,
batu dan tulang dengan pembuatan yang sederhana, sekedar memenuhi tujuan penggunaannya. Seperti batu yang
digunakan untuk berburu, dimulai dari kapak perimbas alat serpih, alat tulang.
Berikut ini perkembangan alat-alat yang dibuat oleh manusia purba.
1.
Kapak Perimbas dan Alat
Serpih
Kapak
perimbas merupakan alat pertama yang dibuat oleh manusia purba, dalam Sejarah Nasional Indonesia I, bahwa
manusia jenis Pithecanthropus yang
diduga pencipta kapak perimbas ini, dengan bukti ditemukannya kapak perimbas
bersama fosil-fosil Pithecanthropus. Alat
batu tersebut dibuat pada masa paleolitik sebagai alat tingkat awal budaya batu
di Asia Timur. Kapak perimbas dibagi dalam beberapa jenis menurut ciri-cirinya
a.
Kapak Perimbas
b.
Kapak Penetak
c.
Pahat Genggam
d.
Kapak Genggam Awal
Namun
dalam penggolongan ciri-ciri pokok yang sudah ditentukan berdasarkan landasan
penggolongan Movius jenis kapak perimbas dapat digolongkan lagi dalam buku Sejarah Nasional Indonesia I:
1.
Tipe strika (iron-heater chopper) bercirikan: bentuk
panjang menyerupai setrika, berpenampang lintang plano-konveks, dan
memperlihatkan penyerpihan yang memanjang dan tegas.
2.
Tipe kura-kura (tortoise chopper) bercirikan: beralas
membulat dengan permukaan atas yang cembung dan meninggi.
3.
Tipe serut samping (side scraper) bercirikan: berbentuk
tidak teratur dan tampak tegap, tajamnya dibuat pada sebelah sisi.
Untuk
alat serpih terbuat dari pecahan-pecahan kecil dari pembuatan alat kapak
perimbas yang berupa serpihan-serpihan kecil. Alat serpih ini berfungsi sebagi
menguliti hewan buruan yang didapatkan oleh manusia purba. Bentuk dari alat
serpih masih kasar dengan terbuat dari batuna krakal yang besar. Alat ini
berkembang pada masa Plestosen Tengah yang menjadi perkakas dalam kahidupan
sehari-hari manusia purba.
Kapak
perimbas dan alat serpih banyak ditemukan di Indonesia diberbagai wilayah
indonesia dari daerah Indonesia seperti Timor, Flores, Sumbawa, Bali, Sulawesi,
Kalimantan, Sumatra sampai Jawa. Kenapa manusia purba juga ditemukan di
Indonesia karena pada masa hidupnya manusia purba daratan Indonesia masih
bersatu dengan daratan Gomal sehingga mobilitasi dilakukan sampai ke daerah
selatan yaitu Indonesia.
2.
Alat Tulang
Untuk alat
tulang ditemukan di daerah Ngandong dengan temuan berupa alat-alat tulang yang
berukuran sedang dan kecil. ditemukan bersamaan dengan Pithecanthropus soloensis yang dibuat dari tanduk hewan buruan.
Tidak banyak sumber atau temuan khususnya untuk alat tulang ini hanya ditemukan
di solo dan daerah ngandong di dalam gua.
Dari alat yang
disebutkan diatas mengalami perkambangan yang labih baik dari pada pembuatan
awal alat tersebut. Dimana telah terjadi proses penghalusan setelahnya yang
lebih tepatnya pada masa pasca plestosen. Serta dibuatnya alat-alat lainnya
yaitu beliung persegi, kapak lonjong, alat-alat obsididian, mata panah, dan
alat pemukul kayu pada masa mesolitikum atau masa bertani. Alat nekara
perunggu, kapak perunggu, bejana perunggu, patung perungu, perhiasan perunggu
dibuat pada masa perundagian.
C. Seni
Seni
Lukis merupakan sebuah asil cipta yang ada pada zaman Mesolitikum atau Zaman
Batu Tengah oleh bangsa Papua-Melanosoid. Tujuan dalam pembuatan lukisan tidak
bias dijelaskan dengan tepat karena tidak ada sumber tertulis yang bias
digunakan untuk menjelaskan tetang hal tersebut
(Sumarto, dkk. 2009: 13). Namun melukis yang dilakukan manusia pada masa
pra sejarah merupakan bentuk dari sebuah ekspresi dengan penuh akan makna yang
tersirat didalam bentuk lukisan tersebut. Ditemukan lukisan telapak tangan,
bentuk manusia berburu, hewan darat dan laut, dari gambar tersebut dapat
diketahui bahwa manusia pada saat itu berfikir bahwa mereka melukis dengan
maksud dibalik lukisan tersebut, baik religi maupun murni seni gambar atau
lukisan tersebut ditemukan di dinding gua di daerah Kaliantan Timur, Sulawesi
Selatan, dan lain-lain, serta selain itu
ada seni patung, kriya dan tato.
D. Kepercayaan
Kepercayaan manusia
purba masih berlandaskan pada apa yang dianggap sebagi hal yang sangat penting
dan tidak masuk akal. Pada mulanya tanah di percayaai sebagai unsur penting
dalam kehidupan manusia purba. Bekembang setelahnya yaitu upacara kematian yang
pada mulanya proses kematian dari seseorang dari kelompoknya dianggap sebagai
hal yang basa, namun dalam masa pra plestosen muncul kepercayaan bahwa setelah
kematian ada alam sebagai tempat tinggal roh. Setelah orang meninggal dilakukan
upaca penguburan yang dalam meninggalnya orang tesebut dibekali dengan bekal
kubur seperti alat-alat yang milik orang yang meninggal tersebut.
Terus berkembang
menjadi kepercayaan yang semula animisme yang menganggap roh nenek moyang orang
yang telah meninggal keudian berubah menjadi kepercayaan Dinamisme yaitu
menmpercayai tempat-tempat dan benda-benda mempunyai kekuatan magis. Sistem
kepercayaan ini berkembang pada masa mesolitik dan megalitik.
Dari budaya yang dihasilkan di atas tidak berbeda
jauh dengan kebudayaan manusia purba yang di luar wilayah Indonesia pada saat
itu. Karena corak kehidupan dan budayanya hampir sama dengan batas wilayah dan
persebaran manusia purba melalui daratan.