Selasa, 26 Maret 2013

KERAJAAN MATARAM KUNO DI JAWA TENGAH


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Kerajaan Mataram kuno atau sering disebut juga Kerajaan Medang atau disebut juga Kerajaan Mataram Hindu. Kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa timur pada abad ke-10. Kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi baik yang bercorak Hindu maupun Budha.
Yang termasuk dalam kajian peradaban adalah kajian tentang asal usul peradaban, perkembangan peradaban dan keruntuhan peradaban. Sedangkan tentang karakter peradaban memusatkan kajian peradaban sebagai sebuah fenomena yang utuhdan dilihat secara sinkronis. Kita dapat mendapat pelajaran dari sejarah peradaban tentang suatu rangkaian siklus kehancuran dan pertumbuhan, dan setiap peradaban baru akan muncul setelah itu.
             Dalam sejarah kerajaan Mataram kuno terdapat perpindahan ibu kota yang disebabkan oleh beberapa hal. Sehingga terdapat kerajaan Mataram kuno Jawa Tengah dan Mataram kuno Jawa Timur. Dan di masing-masing masa pemerintahan terdapat beberapa dinasti.
              Kerajaan Mataram kuno Jawa Tengah terdapat dua wangsa, yaitu wangsa Sanjaya dan wangsa Sailendra. Wangsa sanjaya adalah pendiri dari kerajaan Mataram Jawa tengah oleh raja Sanjaya.  Sedangkan wangsa Sailendra dulunya adalah wangsa dari kerajaan Sriwijaya. Mengapa ia keluar dari kerajaan tersebut masih belum dapat dipastikan.
              Mengenai  Perbedaan pendapat tentang asal usul datangnya wangsa Sailendra ini, mungkin terpecahkan dengan adanya bukti tentang hal tersebut.
               Kerajaan Mataram di Jawa Timur ditandai dengan munculnya wangsa Isana yang dipelopori oleh Pu Sindok.
               Dari kedua kerajaan tersebut telah melahirkan banyak sumber sejarah yang sangat penting bagi pendidikan masyarakat. Keadaan masyarakat kala masa kerajaan Mataram sangat beragam,raja Sanjaya yang terkenal kemakmurannya, juga ada seorang raja peremouan yang terkenal bijak,adil,tegas dan baik yang memerintah Mataram Jawa Tengah.


1.2. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas,maka kami membuat beberapa topik permasalahan yang akan kami bahas pada makalah ini.
1.Bagaimana asal-usul dan perkembangan pada masa kerajaan Mataram kuno di
Jawa Tengah?
2.Bagaimana keadaan masyarakat pada masa kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah?
3.Apa saja sumber-sumber sejarah di masa kerajaan Mataram kuno Jawa Tengah?
4. Apa penyebab runtuh dan perpindahan kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah?



1.3. Tujuan
1.Untuk mengetahui asal-usul keberadaan masa kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah.
2.Untuk mengetahui keadaan masyarakat pada masa kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah.
3.Dapat mengetahui sumber-sumber sejarah yang terkait dengan kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah.
4.Dapat mengetahui penyebab runtuh dan perpindahan kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah.





BAB II
 PEMBAHASAN

2.1.Asal-usul dan perkembangan Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram kuno,adalah salah satu kerajaan Hindu yang banyak meninggalkan sejarah melalui prasasti dan benda arkeologi yang ditemukan. Kerajaan ini pada awalnya berdiri di wilayah Jawa Tengah yang juga di kenal sebagai kerajaan Medang.
Kerajaan Mataram kuno atau Mataram Hindu merupakan kerajaan Hindu yang pernah berjaya dengan dua dinasti . Dinasti yang pernah berjaya memimpin Mataram kuno yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Kerajaan ini berkuasa pada Jawa Tengah bagian selatan . Kerajaan ini berdiri pada abad ke-8 di Jawa Tengah.
Kerajaan ini juga sering disebut sebagai kerajaan Medang, kerajaan Mataram kuno dan kerajaan Mataram Hindu. Nama yang lazim di pakai untuk menyebut kerajaan Medang periode Jawa Tengah adalah kerajaan Mataram ,yaitu merujuk kepada salah satu daerah di Ibu kota kerajaan ini, untuk membedakannya dengan kerajaan Mataram Islam.Pada abad ke-10 kerjaan ini berpindah ke Jawa Timur.
Secara umum, nama kerajaan Medang merupakan penyebutan untuk kerajaan Mataram hanya pada masa kerajaan Mataram waktu berpusat di JawaTimur. Hal tersebut didasarkan pada adanya penemuan-penemuan prasasti yang berisikan tentang kerajaan Mataram.Dalam beberapa bukti prasasti tersebut diungkapkan bahwa penggunaan nama kerajaan Medang sudah digunakan sejak kerajaan Mataram ada di Jawa Tengah sebelum pindah ke Jawa Timur.
Secara umum kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh tiga dinasti  yang berkuasa pada waktu itu.Yaitu Wangsa Sanjaya,Wangsa Sailendra,Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra merupakan dua dinasti dari kerajaan Mataram kuno yang berpusat di JawaTengah,sedangkan Wangsa Isana berpusat di JawaTimur.
A. Wangsa Sanjaya
Penggunaan nama wangsa sanjaya didasarkan pada nama raja pertama kerajaan Medang. Namadari raja tersebut adalah Sanjaya.Raja kerajaan ini menganut agama Hindu atau siwa.Rakai pikatan yang waktu itu menjadi pangeran dinasti sanjaya, menikah dengan pramodawardhani,  puteri raja dinasti Sailendra Samaratungga. Sejak saat itu corak kebudayaan Hindu mulai dianut oleh masyarakat Mataram.Menurut pasasti canggal wangsa ini didirikan pada tahun 732 M oleh Sanjaya.Tak banyak yang diketahui pada masa awal wangsa Sanjaya.


Raja-raja pada wangsa sanjaya.
1.Ratu Sanjaya
 2. Ratu Pikatan
3.Ratu Kayuwangi
4.Rakai Watuhumalang
5.Rakai Watukura Dyah Balitung
6.Mpu Daksa
7.Rakai Layang Dyah Tulodhong
8Rakai  Sumba Dyah  Wawa

B. Wangsa Sailendra
Sailendravasma atau wangsa Sailendra adalah nama wangsa atau dinasti  raja-raja yang berkuasa di Sriwijaya,pulau sumatera dan di Medang Jawa Tengah tahun 752. Sebagian raja-rajanya adalah penganut dan pelindung agama Buddha Mahayana.
            Di Indonesia nama Sailendravasma pertama kali terdapat pada prasasti kalasan tahun 700 saka(778 M). Kemudian muncul pula di dalam prasati dari desa Kelurak tahun 704 Saka(782 M). Prasasti Abhyagiri wihara dari bukti Ratu Baka tahun 714 Saka (792 M). Dan di dalam prasasti Kayumwungan tahun 746 Saka(824 M). Di luar Indonesia nama ini ditemukan di prasasti Ligor dari tahun 775 M dan prasasti Nalanda.
Prasasti yang memuat informasi tentang sailendra di atas kebanyakan menggunakan bahasa Sansekerta,dan tiga diantaranya menggunakan huruf Siddham. Terkecuali prasasti kayumungan . Mengenai asal-usul keluarga Sailendra di Jawa banyak dipersoalkan oleh beberapa sejarawan, sehingga memunculkan beberapa teori. Yaitu ada  yang mengatakan bahwa wangsa Sailendra berasal dari India,fu-nan,dan asli dari Indonesia.
Teori India
R.C. Majumundar beranggapan bahwa wangsa Sailendra di Indonesia,baik yang di Jawa maupun yang di Sriwijaya,berasal dari Kalingga di India Selatan. Pendapat tersebut juga dibahas oleh Nilakanta Sastri.dan mengajukan pendapat bangsa wangsa Sailendra di Jawa berasal dari daerah Pandya di India Selatan. J.L.Moens ,dalam salah satu karangannya yang menarik peerhatian ,mengemukakan pendapat bahwa wangsa sailendra itu berasal dari India Selatan,yang semula berkuasa di Palembang ,tetapi pada tahun 683 M, melarikan diri  ke Jawa karena mendapat serangan dari Sriwijaya dari Semenanjung Malaya.

Teori Fu-nan
G.Coedes lebih condong kepada anggapan bahwa wangsa Sailendra di Indonesia berasal dari fu-nan atau kamboja.Menurut pendapatnya ejaan Fu-nan dalam berita-berita Cina itu berasal dari kata Khmer kunavnam atau bnam yang berarti gunung ;dalam bahasa khmer sekarang phnom, raja-raja Fu-nan disebut parwatabhupala yang berarti raja gunung sama dengan kata Sailendra. Setelah kerajaan Fu-nan itu runtuh sekitar tahun 620 M, maka ada anggota wangsa raja-raja Fu-nan itu yang menyingkir ke Jawa,dan muncul sebagai penguasa di sini pada pertengahan abad VIII M.
Kemudian de Casparis menemukan istilah Waranaradhirajaraja di dalam prasasti Candi Plaosan Lor, juga prasasti Kelurak, dan dia mengidentifikasikan waranara itu dengan waranaranagara atau na-fu-na di dalam berita-berita China, yaitu memuat kerajaan Fu-nan setelah berpindah dari Wiyadhapura atau te-mu setelah mendapat serangan dari Chenla di bawah pimpinan Bhawawarman dan Citra sena pada pertengahan ke dua abad 6 M selanjutnya De Casparis mengatakan bahwa setelah pindah ke na-fu-na yang biasa dilokasikan didekat Angkorborai ada diantara raja-raja itu yang pergi ke jawa dan berhasil mengalahkan raja yang berkuasa disana, yaitu sanjaya dan keturunannya.
Jadi menurut de Casparis di Jawa mula-mula berkuasa wangsa raja-raja yang beragama Siwa, tetapi setelah kedatangan raja dari Na-fu-naitu yang berhasil menaklukkannya, maka di jawa tengah terdapat dua wangsa raja raja, yaitu wangsa Sanjaya yang beragama siwa, dan para pendatang itu yang kemudian menamakan dirinya sebagai wangsa sailendra yang beragama budha . Pendapat de Caparis itu di ilhami oleh F.H.VanNearssen, yang melihat bahwa di dalam prasasti Kalasan tahun 778 M, yang berbahasa sangskerta ada dua pihak, yaitu pihak raja sailendra , yang hanya disebut sebagai permata sailendra tanpa nama, dan rakai panangkaran, raja bawahanya dari wngsa Sanjaya.
Selanjutnya de Casparis mencoba mengadakan rekontruksi jalanya sejarah keadaan mataram sampai pada abad 9 M. Dengan landasan anggaan bahwa sejak abad pertengahan 8 ada dua wangsa raja raja yang berkuasa, yaitu wangsa Sailendra yang berasal dari Fu-nan, dan penganut agama budha Mahayana, yang berhasil menaklukan raja raja dari wangsa Sanjaya yang beragama siwa. Dalam beberapa pembangunan candi-candi membantu wangsa Sailendra dengan memberikan tanah-tanah sebagai sima bagi candi-candi tersebut.



Teori asli Indonesia
Teori nusantara mengajukan kepulauan Nusantara,terutama pulau Sumatera atau Jawa sebagai tanah air wangsa ini. Teori ini mengemukakan bahwa wangsa Sailendra mungkin berasal dari sumatera yang kemudian berpindah dan berkuasa di Jawa,atau mungkin wangsa asli dari pulau jawa tetapi mendapat pengaruh kuat dari Sriwijaya.
Menurut beberapa sejarawan,keluarga Sailendra berasal dari Sumatrayang berimigrasi ke Jawa Tengah setelah Sriwijaya melakukan penyerangan pada abad 7 M dengan menyerang kerajaan Tarumanegara dan Ho-ling di Jawa. Serangan Sriwijaya berdasarkan prasasti Kota Kapur yang merencanakan penyerangan atas Bhumi Jawa yang tidak mau patuh dan taat kepada kerajaan Sriwijaya.
            Menurut J.Przyluski argumentasi Coedes itu dilandaskan atas tafsiran yang meragukan dari satu bait di dalam prasasti Prah Kot,yang menurut Coedes merupakan petunjuk bahwa raja-raja Sailendra di Jawa menganggap dirinya keturunan wangsa Sailendra Fu-nan.
 Menurut Przyluski istilah Sailendra wangsa itu menunjukkan bahwa raja-raja itu menganggap dirinya berasal dari Sailendra wangsa yang berarti raja gunung,dan merupakan sebutan bagi Siwa=Girisa. Dengan perkataan lain raja-raja wangsa Sailendra di Jawa itu tentu menganggap leluhurnya diatas gunung. Hal ini merupakan petunjuk baginya bahwa istilah Sailendra berasal dari Indonesia.
Pendapat bahwa wangsa Sailendra itu berasal dari luar Indonesia (India dan kamboja) juga dibantah oleh R.Ng. Poerbatjakra. Ia merasa sangat tersinggung membaca tentang teori-teori itu.seakan-akan bangsa Indonesia sejak dulu kala hanya mampu di perintah bangsa asing. Menurutnya,raka sanjaya dan keturunan-keturunannya itu adalah raja-raja dari wangsa Sailendra,asli Indonesia.,yang semula menganut agama Siwa,tetapi sejak Rakai Panangkaran berpindah agama menjadi agama Buddha Mahayana. Sebagai salah satu alasan ia menunjuk kepada kitab Carita Parahyangan,yang antara lain memuat keteranganbahw Rahyang Sanjaya telah menganjurkan anaknya Rahyangta Panabaran ,untuk meninggalkan agama yang dianutnya,karena ia ditakuti oleh semua orang . Nama Rahyangta Panabaran diteliti adalah sebagai nama Rakai Panangkaran.
Dalam prasasti Sojomerto itu dijumpai nama Dapunta Selendra,yang jelas merupakan ejaan Indonesia dari kata Sansekerta Sailendra. Maka sesuai dengan asal usul wangsa yang lain. Dapat disimpulkan bahwa Sailendrawangsa itu berpangkal kepada Dapunta Selendra. Kenyataan bahwa ia menggunakan bahasa Melayu Kuno di dalam prasastinya menunjukkan bahwa ia asli orang Indonesia. Kemungkinan sekali berasal dari Sumatra,karena di situlah dijumpai lebih banyak prasasti yang berbahasa Melayu Kuno. Kemungkinan prasasti ini berasal dari abad 7 M yang ditemukan di daerah Pekalongan.
Dalam prasasti juga disebutkan bahwa Dapunta Selendra menganut agama Siwa. Nama dari bapak dan dan ibunya adalah Santanu dan Badhrawati,dan istrinya yang bernama Sampula. Masih ada tokoh lain yang disebutkan dalam prasasti ini, namun karena keadaan prasasti yang sudah usang maka tidak dapat terbaca seluruhnya. Demikian pula istikah yang amenunjukkan hubungan antara tokoh ini dengan Dapunta Selendra juga tidak dapat terbaca seluruhnya. Tokoh ini diberi gelar Hiyang,jadi mungkin sekali tokoh yang telah diperdewakan dan dianggap sebagai leluhur Dapunta Selendra.
Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunan-keturunannya itu ialah raja-raja dari keluarga Sailendra, asli Nusantara yang menganut agama Siwa. Tetapi sejak Paņamkaran berpindah agama menjadi penganut Buddha Mahayana, raja-raja di Mataram menjadi penganut agama Buddha Mahayana juga. Pendapatnya itu didasarkan atas CaritaParahiyangan  yang menyebutkan bahwa Rakai Sañjaya menyuruh anaknya Rakai Panaraban atau Rakai Tamperan untuk mengetahui kabar mengenai Rakai Panangkaran yang berpindah agama dari aliran Saiwa menjadi Buddha Mahayana juga sesuai dengan isi Prasasti Raja Sankhara (koleksi Museum Adam Malik yang kini hilang).
 Prasasti Sankhara ini berbahasa Sangsekerta , akan tetapi sangat disayangkan karena yang ditemukan hanya bagian bagian akhirnya saja. Ternyata prasasti ini dituliskan di dua batu, batu pertama yang memuat bagian awal dari prasasti tidak ada. Dengan melihat belakang prasasti yang tidak rata, dan ada bagian yang merupakan tonjolan , rupa-rupanya prasasti ini dahulu di tempatkan dalam satu bangunan, dan kemungkinan tidak diketahui kapan prasasti ini dikeluarkan kalaupun ada tanggalnya karena yang ditemukan hanya bagian yang kedua.
Bagian yang tersisa dari prasasti ini berisi keterangan tentang keadaan ayahnya yang sedang dilanda sakit keras dan akhirnya meninggal tanpa dapat disembuhkan oleh pendeta gurunya. Bagian penutup prasasti memang membayangkan bahwa raja Sangkhara kemudian menganut agama Buddha.
Ditemukan prasasti yang dapat memberikan keterangan tentang perpindahan agama dari Siwa ke agama Buddha, prasasti ini tidak lengkap dan tidak ada tahun dikeluarkannya, dari segi Paleografi dapat diperkirakan bahwa prasasti ini berasal dari pertengahan abad VIII M, terdapat kemungkinan bahwa ini adalah bukti epigrafis dari teori Poerbatjakra yang didasarkan pada keterangan kitab Carita Parahyangan.
Dengan kemungkinan lain pendapat dari Poerbatjakra mengenai asal usul-wangsa Sailendra adalah benar, mereka benar orang Indonesia asli,dan hanya ada satu wangsa, yakni wangsa Sailendra  yang pada semula para pengikutnya beragama Siwa dan sejak masa pemerintahan Rakai Panangkaran, mereka pindah ke agama Buddha Mahayana, dan berpindah lagi sejak masa pemerintahan Rakai Pikatan.
 C. Kerajaan Ho-ling
            Munculnya wangsa Sailendra bersamaan dengan perubahan dalam penyebutan Jawa di dalam berita-berita Cina. Pada abad V M, berita-berita Cina dari jaman dinasti Sung Awal (420-470) menyebut Jawa sebagai She-p’o, sedangkan berita Cina dari dinasti Tang menyebutnya sebagai Ho-ling sampai tahun 818 M, kemudian berubah kembali menjadi She-p’o mulai tahun 820 sampai tahun 856 M. Berita –berita Cina yang sampai kepada kita ada dua versi, yaitu Ch’iu-Tang Shu dan Hsin T’ang Shu (618-906).
            Berita Cina dari dinasti T’ang menyebutkan letak Kerajaan Holing berbatasan dengan Laut Sebelah Selatan,  (Kamboja) Chen-la di sebelah utara, Po-Li (Bali) sebelah Timur dan To-Po-Teng di sebelah Barat. Nama lain dari Holing adalah She-P’o (Jawa), sehingga berdasarkan berita tersebut dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Holing terletak di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah.
Tempat tinggal Raja adalah sebuah bangunan besar bertingkat,beratapkan daun palem, ia duduk di atas kursi yang terbuat dari gading, ia juga menggunakan tikar dari kulit bambu, kalau makan menggunakan tangan. Dan penduduknya sudah mengenal tulisan serta sedikit mengenal ilmu perbintangan. Kerajaan ini makmur dengan segala yang dihasilkannya, salah satunya adalah emas dan perak.
Pada tahun 674 M rakyat kerajaan mengangkat seorang wanita sebagai ratu,yaitu ratu Hsi-mo. Pemerintahan Ratu Sima sangat keras, namun adil dan bijaksana. Rakyat tunduk dan taat terhadap segala perintah Ratu Sima. Bahkan tidak seorang pun rakyat atau pejabat kerajaan yang berani melanggar segala perintahnya.
Raja-raja yang memerintah kerajaan Mataram Jawa Tengah.

Dinasti Syailendra
* Bhanu (752-775)
* Wisnu (775-782)
* Indra (782-812)
* Samaratungga (812-833)
* Pramodhawardhani (833-856), menikah dengan Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya)
Dinasti Sanjaya

* Sanjaya (732-7xx)
* Rakai Panangkaran
* Rakai Panunggalan (784-803)
* Rakai Patapan Rakai Warak (8xx-838)
* Rakai Pikatan (838-855), mendepak Dinasti Syailendra
* Rakai Kayuwangi atau Dyah Lokapala (855-885)
* Dyah Tagwas (885)
* Rakai Panumwangan Dyah Dewendra (885-887)
* Rakai Gurunwangi Dyah Badra (887)
* Rakai Watuhumalang (894-898)
* Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910)
* Pu Daksa (910-919)
* Sri Maharaja Rakai Layang dyah Tlodhong (919-921)
* Rakai Sumba Dyah Wawa (924-928)
* Mpu Sindok (928-929), memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur (Medang) Mpu Sindok ini tidak berasal dari wangsa Sanjaya melainkan dari wangsa Isyana.

2.2. Keadaan Masyarakat.
          Menurut Prijohutomo:1953:31:dalam bukunya Sedjarah Kebudajaan Indonesia II  Keadaan masyarakat pada saat itu tak lebih sederhana dari kehidupan pada zaman Majapahit,terkecuali dilingkungan keraton. Pengaruh kebudayaan Hindu sama sekali belum sampai meresap ke desa-desa. Sehingga belum ada perubahan-perubahan terhadap lingkungan dan pemikiran rakyat....kebudayaan Hindu hanya dikenyam oleh raja-raja saja.
  a. Kehidupan Politik
         Dalam sistem ketatanegaraan pemerintahan kerajaan-kerajaan kuno, seorang raja (sri maharaja) adalah menjadi pengusa tertinggi dalam pemerintahan. Sesuai dengan landasan kosmogonis,kerajaan raja ialah penjelmaan dari dewa di dunia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan gelar Abhiseka dan puji-pujian kepada raja-raja di dalam berbagai prasasti dan kitab-kitab susastra Jawa Kuno yang telah ditemukan.
          Di jaman Mataram kuno hanya ada dua raja yang bergelar Abhiseka  dengan unsur tunggadewa. Dalam naskah Ramayana kakawin yang masih dapat kita lihat, ternyata di dalamnya ada bagian yang berisikan uraian tentang rajadharma (tugas kewajiban seorang raja). Yaitu terdapat dalam ajaran astrabata “perilaku yang delapan”. Dikatakan bahwa dalam sosok seorang raja terdapat paduan dari delapan dewa, yaitu indra sebagai dewa hujan, dewa Yama sebagai dewa Maut, dewa Suryya sebagai dewa Matahari, dewa Soma sebagai dewa Bulan, dewa Wayu sebagai dewa Angin, Kuwera atau dewa kekayaan, Waruna sebagai dewa Laut, dan Agni sebagai dewa Api.
          Kalau sejak raja Airlangga sampai munculnya Wangsa Rajasa, raja-raja menggunakan gelar Abhiseka yang berarti penjelmaan Wisnu. Hal tersebut mungkin berlandaskan atas konsepsi yang lain lagi, meskipun juga termasuk dalam konsepsi kosmologis yang bagi Dr. B. Shcrieke sebagai konsep kaliyuga. Konsep ini digunakan oleh nenek moyang kita untuk membenarkan fakta sejarah tentang tergulingkannya seorang maharaja oleh raja bawahannya.  Dalam kitab Nagarakrtagama digambarkan sebagai kembalinya tatanan dalam jaman kaliyuga. Konsepsi ini ternyata sudah dikenal sejak abad VII, yang terdapat dalam prasasti Canggal.
          Ada ketentuan mengenai hak waris atas takhta kerajaan, yaitu pertama adalah anak raja yang lahir dari prameswari, sampai pada jaman raja kula rajasa putra mahkota bergelar rakai hino atau rakaryan mapatih i hino. Dapat juga adik,kemenakan,paman atau kerabat yang masih dalam keturunan secara langsung.
          Dalam prasasti jaman pemerintahan rakai Kayuwangi dan Rakai Watukara  terdapat pejabat yang kedudukannya boleh dibilang setingkat dengan putra raja, yaitu pamgat tiruan. Dan yang sejenisnya, hino,halu,sirikan,dan wka.
         Selain lima orang itu ada sejumlah pejabat di tingkat pusat, namun jumlahnya tidak sama dalam setiap prasasti. Dan terlengkap ada 12 orang pejabat yaitu rake halaran, rake pangilhyan, rake wlahan, pamgat manhuri, rake lanka, rake tanjung, pankur, tawan, tirip, pamgat wadihati, dan pamgat madukur.
         Dan terdapat satu lagi pejabat yang hingga sekarang hanya dijumpai dalam prasasti-prasasti di Jawa Timur  yaitu rakryan kanuhurun , yang ditemui pada prasasti Balinawan, prasasti kubu-kubu, prasasti sugeh manek, dan prasasti sangguran.
 b. Kehidupan Sosial Budaya
         “Stratifikasi sosial berdasarkan kedudukan sosial seseorang di dalam masyarakat. Baik berdasarkan struktur birokrasi maupun berdasarkan materiil. Pada kenyataannya stratifikasi sosial dalam masyrakat Jawa kuno bersifat kompleks dan tumpang tindih”. (Poesponegoro&Notosusanto:1984:24).
          Pada zaman Mataram, hubungan antara kalangan istana dan desa-desa cukup erat. Untuk menjaga keamanan terdapat berbagai peraturan yang harus ditaati oleh semua orang (pegawai maupun rakyat). Hal ini berarti menunjukkan bahwa masyarakat Mataram hidupnya sudah teratur. Kehidupan sosial masyarakat tersebut tidak jauh berbeda antara kerajaan dinasti Sanjaya maupun dinasti Syailendra.
         “Keturunan raja Sanjaya yang beragama hindu mendirikan candi-candi di Jawa Tengah utara seperti candi di dataran tinggi Dieng yang dibangun antara 778-850 M, candi prambanan/ Loro Jonggrang (yang dibangun oleh Rakai Pikatan dan diteruskan oleh penggantinya dan selesai pada masa pemerintahan Raja Daksa 915 M), candi Sambisari, candi Ratu Baka dan lain-lain. Sedang pada dinasti Syailendra yang beragama Budha mendirikan candi mendut, pawon, borobudur, kalasan, sari dan sewu”(. http://sugionosejarah.wordpress.com/2011/10/03/kerajaan-mataram-hindu/).

 c. Kehidupan Agama dan Kepercayaan
         “Sebelum penaklukan sriwijaya pada dekade  terakhir abad 7 M, dipercayai kawasan Jawa Tengah telah pun dipengaruhi oleh Hinduisme Sivaisme,namun penyembahan pada roh nenek moyang nampaknya masihberterusan dan telah bersenyawa dengan ajaran Hinduisme yang datang kemudian itu,....yang berkembang di Jawa Tengah itu adalah daripada madzab Mahayana”(Halimi J.A.:2008:134:Sejarah dan tamadun bangsa melayu).
        Walaupun telah disebutkan bahwa sebagian besar penduduk sriwijaya adalah pengikut madzab Hinayana, namun yang berkembang di Jawa Tengah adalah Mahayana. Perubahan Madzab ini terjadi pada abad ke-7 M di Sriwijaya, terutama pada lingkungan istana yang mengirimkan dua pendeta Mahayana  ke Sriwijaya untuk menyebarkannya.
“Keluarga wangsa Sailendra di sini menganut agama Buddha Mahayana. Buddha berkembang di Jawa Tengah pada abad ke-8 M. Namun keberadaan agama Hindu tidak tersingkirkan sebab hal tersebut. Nampaknya, kedua agama itu telah bersenyawa(sinkretis). Unsur-unsur tersebut jelas terdapat pada candi dan kitab-kitab kedua agama tersebut, seperti candi Borobudur,Prambanan. Kitab Sang Hyang Kamahayanikan dan Sutasoma”(Halimi J.A.:2008:135:Sejarah dan tamadun Bangsa Melayu).
 d. Kehidupan Ekonomi
             Beberapa prasasti memberi keterangan selintas tentang kegiatan ekonomi pedesaan. Yaitu dengan sistem perdagangan,dan pengrajin. Sistem perdagangan di sini terbagi atas dua sistem.
Yang pertama dengan perdagangan di pasar desa.yang dijul adalah hasil bumi seperti buah-buahan, beras .  juga hasil industri rumah tangga , seperti, payung,keranjang,barang-barang anyaman dll. Yang ke-dua perdagangan antar desa atau antar wilayah watak pada jaman Mataram kuno.
           “Kehidupan ekonomi masyarakat  juga bertumpu pada pertanian. Pada masa Raja Balitung aktivitas perhubungan dan perdagangan dikembangkan lewat Sungai Bengawan Solo. Pada Prasasti Wonogiri (903) disebutkan bahwa desa-desa yang terletak di kanan-kiri sungai dibebaskan dari pajak dengan catatan harus menjamin kelancaran lalu-lintas lewat sungai tersebut”(. http://triocoellophe.wordpress.com/2012/03/13/perkembangan-agama-buddha-dan-hindu-di-nusantara/).


2.3. Penyebab perpindahan kerajaan Mataram.
            Beberapa hal yang menyebabkan perpindahan kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah ke Jawa Timur yaitu:
1.      Perpindahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada permulaan abad 10 A.D. fakta ini didahului dengan perpindahan perhatian dari raja-raja Jawa Tengah secara berangsur-angsur  ke Jawa Timur.
2.      Kemungkinan dari alasan-alasan politis yang dikemukakan oleh Dr,J.G.de Casparis.
3.      Terjadinya serangan musuh ke dalam keraton atau kaliyuga.
4.      Menurut Dr.R.W.Van Bemmelen mengatakan bahwa ia menemukan tanda-tanda dari ledakan gunung merapi pada masa lampau, Bagian sebelah barat meledak dan mengalir ke bawah dengan kecepatan penuh,sehingga terbentuk bukti-bukti gendol.
Menueut pendapat Boechari,kita perlu data-data yang lebih teoat tentang terjadinya bencana alam itu,kalau dapat dibuktikan bahwa itu terjadi pada sekitar awal abad 10 A.D, maka dapat dipastikan bahwa memang benar ledakan inilah yang menyebabkan perpindahan Ibu kota,kami memikirkan kemungkinan bahwa ibu kota dihancurkan oleh gempa bumi atau aliran lava atau keduanya.
5.      Salah satu daerah yang subur ditinggalkan ,karena mereka menjadi tidak berpenduduk dan tidak dapat untuk  bertani s\dalam waktu yang lama, ini dianggap sebagai faktor Ekonomi.

2.4  Sumber Sejarah
a. Prasasti
            Sumbersajarah yang menerangkantentangkeberadaanKerajaanMataramKuno di Jawa Tengah antara lain
1.PrasastiBalitung
            Prasasti ini ditemukan di Desa Mantyasih daerah Kedudanberangka tahun 907 M.Prasasti yang dibuat oleh Raja Balitung ini disebut juga Prasasti Mantyasih atau Kedu.Bentuknya berupa lempengan tembaga dan berisisilsilah Dinasti Sanjaya. Prasasti tersebut berbunyi “RahyangtarumuhunrimedangriPohpitu”, yang artinya dewa-dewa atau nenek moyang yang telah meninggal di Medang di Pohitu. Dalam prasasti ini terdapat nama-nama seperti:
·         Sri Maharaja Mataram sang RatuSanjaya
·         Sri Maharaja RakaiPanangkaran
·         Sri Maharaja Panunggalan
·         Sri Maharaja RakaiWarak
·         Sri Maharaja Garung
·         Sri MaharajaPikatan
·         Sri MaharajaKayuwangi
·         Sri MaharajaWatuhumalang
·         Sri MaharajaWatuhuraDyahBalitung
2. PrasastiCanggal
            Prasasti ini berasal dari halaman percandian di atas Gunung Wukir di Kecamatan Salam (Magelang).Prasasti ini berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta,dan berangka tahun 654 Saka (6 Oktober 732M).(Lihat gambar 1.2)
Dalam bait pertama dikatakan bahwa Raja Sanjaya telah mendirikan lingga di atas bukit pada tanggal 6 Oktober tahun 732 M. Lima bait berikutnya berisi puji-pujian kepada Siwa, Brahma danWisnu, dengan catatan bahwa untuk Siwa sendiri tersedia tiga bait. Bait ketuju memuji-muji pulau Jawa yang subur dan banyak menghasilkan gandum (atau padi) dan kaya akan tambang emas.Dua bait berikutnya ditujukan kepada Raja Sanna, yang memerintah dengan lemah lembut bagaikan seorang ayah yang mengasuh anaknya sejak kecil dengan penuh kasih sayang, dan dengan demikian bahkan menjadi termashur di mana-mana. Dan tiga bait terakhir ditujukan kepada pengganti Sanna, yaitu Raja Sanjaya, anak Sannaha,saudara perempuan Raja Sanna .1

3. Prasasti Kalasan
            Prasasti Kalasan berangka tahun 776 M. Adapun isinya adalah “Para guru sang raja mustika keluarga Syailendra telah berhasil membujuk Maharaja Tejahpurnapana Panangkaran untuk membangun sebuah bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah biara para pendeta. Raja panangkarana menghadiahkan sebuah tanah di Kalasan kepada para Sangha”.
            Informasi yang diperoleh dari prasasti ini menunjukkan bahwa sekitar abad 8 M dan 9 M di Mataram Lama telah terjalin kerukunan umat beragama. Raja Panangkaran yang beragama Hindu mendirikan bangunan suci untuk umat Budha. Walaupun pada saat itu Dinasti Sanjaya mulai terdesak oleh Wangsa Syailendra, kedudukan raja-raja Sanjaya tetap di akui.
           
1  Poesponegoro & Notosusanto, 1984,  hal  98

De Casparis diilhami oleh F. H. Van Naerssen, yang melihat bahwa didalam Prasasti Kalasan tahun 778 M, yang berbahasa sanskerta ada dua pihak, yaitu pihak Raja Wangsa Sailendra, yang hanya disebut sebagai Permata Wangsa Sailendra tanpa nama, dan Rakai Panangkaran, raja bawahnya dari wangsa Sanjaya.2

4. Prasasti Kelurak
            Prasasti Kelurak berangka tahun 782 M. Prasasti ini menerangkan bahwa seorang raja yang bernama Indra membuat bangunan suci dan Arca Manjusri. Tulisan itu menggunakan huruf Pranagari dan berbahasa Sanskerta. Mungkin yang dimaksud dengan bangunan suci dalam tulisan itu adalah Candi Sewu yang terletak di sebelah Candi Prambanan.

5. Prasasti Karangtengah
            Prasasti ini berangka tahun 824 M. Pada prasasti ini terdapat tulisan yang menerangkan bahwa Raja Samaratungga mendirikan bangunan suci di Wenuwana. Para ahli menyebutnya
sebagai Candi Ngawen. Candi ini terletak sebelah barat Muntilan. Disebutkan juga bahwa
putrinya yang bernama Pramodhawardani membebaskan pajak tanah disekitar bangunan suci untuk pemeliharaan Kamulan di Bumisambhara. Dalam hal ini yang dimaksudkan Kamulan Bumisambhara adalah Candi Borobudur. Jadi, Candi Borobudur dibangun atas perintah Samaratungga, sedangkan arsiteknya adalah Ganadharma.

6. Prasasti Tuk Mas
            Prasasti ini ditemukan di desa Lebak, Kecamatan Grabag (Magelang) di lereng gunung Merbabu, dan dikenal dengan Prasasti Tuk Mas.3  Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu alam yang besar yang terdiri di dekat suatu mata air. Hurufnya Pallawa yang tergolong muda, dan
bahasanya sanskerta . Menurut analisa paleografis dari Krom prasasti ini berasal dari pertengahan
abad VII M.  Isinya pujian kepada suatu mata air yang keluar dari gunung, menjadi sebuah sungai yang mengalirkan airnya yang dingin dan bersih melalui pasir dan batu-batu, bagaikan sungai Gangga.

2          F. H. van Naerssen: The Cailendra Interregnum. Indian Antiqua, 1947, hal. 249-253
3        H. Kern: “Het Sanskrit-inscriptie van Tuk Mas (Dakawu, res. Kedu; ± 500 A.D.)”.VG. VII, hal.201-204



7. Prasasti Kayumwungan
               Menggunakan huruf  siddham, bahasa sansekerta. Berangka tahun 746 Saka (824 M).
8. Prasasti Sojomerto
               Menjelaskan tentang agama yang dianut oleh Dapunta Selendra.
9. Prasasti Sankhara
               Menjelaskan tentang kapan wangsa Sailendra menganut agama Buddha. Prasasti ini adalah milik Adam Malik. Prasasti ini berbahasa Sansekerta,ditulis atas dua batu.
10. Prasasti Mantyasih        
               Di sini disebutkan bahwa Sanjaya sebagai raja pertama yang bertahta di Medang. Dan keterangan tentang pengganti-penggantinya.
11. Prasasti Siwagerha
               Menjelaskan tentang keberadaan sebuah candi di Pulau Jawa dui daerah kunjarakunja. Yang dikelilingi oleh sungai gangga.
12. Prasasti Hampran
               Prasasti ini ditulis di atas batu alam, tahun 672 Saka (24 juli 750), menggunakan bahasa sansekerta dan huruf Jawa kuno. Isinya tentang pemberian tanah di desa Hampra, oleh orang yang bernama Bhanu untuk kebaktian terhadap Isa.
13. Prasasti Dinoyo
          Dibuat untuk memperingati pembuatan arca Agastya dari batu hitam dengan bangunan candinya, sebagai pengganti patung Agastya yang dibuat oleh nenek moyangnya dari kayu cendana.
14. Prasasti Kubu-kubu
           Berangka tahun 827 saka (17-X-905 M). Yang menyebut bahwa pada jaman pemerintahannya telah terjadi penyerangan ke Banten, dan Banten dapat dikalahkan.
15. Prasasti Abhayagiriwihara
            Disebutkan adanya hubungan dengan Sri lanka.
16. Prasasti Nalanda
Rakai Panangkaran beranak Samaragrawira yang sekiranya dapat disamakan dengan Samaratungga di dalam prasasti Kayumwungan.
17. Prasasti Munduan
             Menjelaskan tentang pembatasan tanah yang akan dianugerahkan kepada hambanya yang bernama sang Pantoran, dengan diberi kewajiban untuk mengembala kambing.
18. Prasasti Tulang Air
            Tahun 772 Saka (15 juni 850 M). Berasal dari candi Perot . terdapat dua prasasti dalam dua batu besar yang berisi naskah yang sama. Namun keadaan sangat aus.
19. Prasasti Siwargha
          Rakai kayuwangi baru dinobatkan sebagai raja pada tahun 856 M. Di prasasti ini disebut sebagai Rakryan Mahamantri i hino Daksottama. Kita tahu bahwa Daksottama adalah nama Rakryan Mahamantri pada jaman pemerintahan Rakai Wukurara Dyah Balitung. Maka, dengan kekacauan ini sangat diragukan kebenaran prasasti ini.
20. Prasasti Tinulad
            Berangka tahun 762 Saka (18 juli 840 M). Prasasti ini menyebut nama raja Sri lokapala .
21. Prasasti berbahasa melayu dari Gindosuli
            Berangka tahun 749 saka. Memperingati persembahan dari Dang Puhawang Glis, seorang nahkoda kapal bersama anak dan istrinya.
22. Prasasti Manjusrigha
             Terdapat di candi Sewu tahun 729 M.  Berbahasa melayu kuno.
23. Prasasti Tri Tpusan

24. Prasasti Wukiran
 25. Prasasti Tryamwakalingga
 26. Prasasti Wuatan Tija
             Tahun 802 saka.
27. Prasasti Munggun Antan
             Tahun 808 saka.
28. Prasasti Watukura
29. Prasasti Kinewu.
30. Prasasti Rukam
31. Prasasti Telang
32. Prasasti Luitan
33. prasasti Palepangan
34. Prasasti Taji Gunung
35. Prasasti Munggu Antan
36. Prasasti Sugih Manek
37. Prasasti Sungguran
38. Prasasti Kambang Sri
39. Prasasti dari Blota.

b.Candi
Peninggalan Dinasti Sanjaya meliputi:
v  Candi Prambanan
v  Candi Dedong songo (Lihat gambar 1.3)
v  Kompleks Candi Dieng
v  Candi Pringapus
v  Candi Selogrio
Peninggalan Dinasti Syailendra meliputi:
v Candi Borobudur (Lihat gambar 1.4)
v Candi Pawon (Lihat gambar 1.5)
v Candi Kalasan
v Candi Sari
v Candi Sewu ( Lihat gambar 1.6)
v Candi Ngawen












BAB III
PENUTUP
3.1 Daftar Gambar

                                              
Gambar 1.2                                                     Gambar 1.3

                  
Gambar 1.4                                                                 Gambar 1.5
            Gambar 1.6




Peta lokasi Kerajaan Mataram di Jawa Tengah

 3.2 Kesimpulan
1.      Bahwa kerajaan Mataram Jawa Tengah terdiri dari dua dinasti. Yaitu dinasti Sanjaya dan dinasti Sailendra.
2.      Keadaan masyarakat saat masa awal kerajaan Mataram di Jawa Tengah boleh dikatakan makmur, karena pengaruh dari peran seorang raja yang juga sangat arif bijaksana. Terdapat beberapa aspek disana, yaitu aspek social, aspek keagamaan, aspek ekonomi dan aspek politik.
3.      Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, penyebab perpindahan ibu kota yang mulanya di Jawa Tengah menjadi Jawa Timur ada beberapa hal, salah satunya adalah alasan ekonomi dan pengalihan perhatian ke Jawa Timur sehingga Jawa Tengah ditinggalkan.
4.      Dari segi sumber-sumber sejarah, terdapat banyak prasasti yang ditulis pada masa kekuasaan raja-raja Mataram Jawa Tengah. Ditemukan juga candi-candi yang dapat menjadi bukti dari kejayaan kerajaan Mataram Jawa Tengah.








3.3 Daftar Rujukan

Poesponegoro,M.D. & Notosusanto,N.1984.Sejarah Nasional Indonesia II.Jakarta:Balai Pustaka.
Boechari.1991.Beberapa pemikiran tentang persoalan perpindahan pusat pemerintahan MataramDari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada abad ke 10 masehi.Malang:Laboratorium Pendidikan Sejarah IKIP Malang.
Prijohutomo.1952.Sedjarah.Djakarta:W.Verluys.N.V.
Halimi J.A.:2008.Sejarah dan Tamandu bangsa Melayu.Selangor.UNIPRESS PRINTER SDN
         BHD.
Sugiono.2011.Kerajaan Mataram Hindu,03 Oktober 2011. Dalam Sugionosejarah,(online),(http//
         Sugionosejarah),diakses 01 Novenber 2012.
Triocoellophe.2012.Perkembangan agama Buddha dan Hindu di nusantara. 13 Maret 2012.
         (online),(http//triocellophe),diakses 01 Novemnber 2012.
Tim nasional penulisan sejarah Indonesia.2010.Sejarah nasional Indonesia.Jakarta:Balai pustaka.