BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerajaan Mataram kuno atau sering disebut juga
Kerajaan Medang atau disebut juga Kerajaan Mataram Hindu. Kerajaan yang berdiri
di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa timur pada abad
ke-10. Kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti
yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi baik
yang bercorak Hindu maupun Budha.
Yang termasuk dalam kajian peradaban adalah kajian
tentang asal usul peradaban, perkembangan peradaban dan keruntuhan peradaban.
Sedangkan tentang karakter peradaban memusatkan kajian peradaban sebagai sebuah
fenomena yang utuhdan dilihat secara sinkronis. Kita dapat mendapat pelajaran
dari sejarah peradaban tentang suatu rangkaian siklus kehancuran dan
pertumbuhan, dan setiap peradaban baru akan muncul setelah itu.
Dalam sejarah kerajaan Mataram
kuno terdapat perpindahan ibu kota yang disebabkan oleh beberapa hal. Sehingga
terdapat kerajaan Mataram kuno Jawa Tengah dan Mataram kuno Jawa Timur. Dan di
masing-masing masa pemerintahan terdapat beberapa dinasti.
Kerajaan Mataram kuno Jawa Tengah
terdapat dua wangsa, yaitu wangsa Sanjaya dan wangsa Sailendra. Wangsa sanjaya
adalah pendiri dari kerajaan Mataram Jawa tengah oleh raja Sanjaya. Sedangkan wangsa Sailendra dulunya adalah
wangsa dari kerajaan Sriwijaya. Mengapa ia keluar dari kerajaan tersebut masih
belum dapat dipastikan.
Mengenai Perbedaan pendapat tentang asal usul
datangnya wangsa Sailendra ini, mungkin terpecahkan dengan adanya bukti tentang
hal tersebut.
Kerajaan Mataram di Jawa Timur
ditandai dengan munculnya wangsa Isana yang dipelopori oleh Pu Sindok.
Dari kedua kerajaan tersebut
telah melahirkan banyak sumber sejarah yang sangat penting bagi pendidikan
masyarakat. Keadaan masyarakat kala masa kerajaan Mataram sangat beragam,raja
Sanjaya yang terkenal kemakmurannya, juga ada seorang raja peremouan yang
terkenal bijak,adil,tegas dan baik yang memerintah Mataram Jawa Tengah.
1.2.
RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas,maka kami membuat beberapa topik permasalahan
yang akan kami bahas pada makalah ini.
1.Bagaimana asal-usul dan perkembangan pada masa kerajaan Mataram kuno di
Jawa
Tengah?
2.Bagaimana keadaan masyarakat pada masa kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah?
3.Apa saja sumber-sumber sejarah di masa kerajaan Mataram kuno Jawa
Tengah?
4.
Apa penyebab runtuh dan perpindahan kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah?
1.3.
Tujuan
1.Untuk mengetahui asal-usul keberadaan masa kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah.
2.Untuk
mengetahui keadaan masyarakat pada masa kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah.
3.Dapat mengetahui sumber-sumber sejarah yang terkait dengan kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah.
4.Dapat mengetahui penyebab runtuh dan perpindahan kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.Asal-usul dan perkembangan Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram kuno,adalah salah satu
kerajaan Hindu yang banyak meninggalkan sejarah melalui prasasti dan benda arkeologi yang ditemukan. Kerajaan
ini pada awalnya berdiri di wilayah Jawa Tengah yang juga di kenal sebagai
kerajaan Medang.
Kerajaan Mataram kuno atau Mataram Hindu
merupakan kerajaan Hindu yang pernah berjaya dengan dua dinasti . Dinasti yang pernah berjaya memimpin Mataram kuno yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Kerajaan ini berkuasa
pada Jawa Tengah bagian selatan . Kerajaan ini berdiri pada abad
ke-8 di Jawa Tengah.
Kerajaan ini juga sering disebut sebagai kerajaan Medang, kerajaan Mataram kuno dan kerajaan Mataram Hindu. Nama yang lazim di
pakai untuk menyebut kerajaan Medang periode Jawa Tengah adalah kerajaan
Mataram ,yaitu merujuk kepada salah satu daerah di Ibu kota kerajaan ini, untuk
membedakannya dengan kerajaan Mataram Islam.Pada abad ke-10 kerjaan ini
berpindah ke Jawa Timur.
Secara umum, nama kerajaan Medang
merupakan penyebutan untuk kerajaan Mataram hanya pada masa kerajaan Mataram waktu berpusat
di JawaTimur. Hal tersebut didasarkan pada adanya penemuan-penemuan prasasti
yang berisikan tentang kerajaan Mataram.Dalam beberapa bukti prasasti tersebut
diungkapkan bahwa penggunaan nama kerajaan Medang sudah digunakan sejak
kerajaan Mataram ada di Jawa Tengah sebelum pindah ke Jawa Timur.
Secara umum kerajaan Mataram Kuno pernah
dipimpin oleh tiga dinasti yang berkuasa
pada waktu itu.Yaitu Wangsa Sanjaya,Wangsa Sailendra,Wangsa Isana. Wangsa
Sanjaya dan Wangsa Sailendra merupakan dua dinasti dari kerajaan Mataram kuno
yang berpusat di JawaTengah,sedangkan Wangsa Isana berpusat di JawaTimur.
A. Wangsa Sanjaya
Penggunaan nama wangsa sanjaya didasarkan pada nama
raja pertama kerajaan Medang. Namadari raja tersebut
adalah Sanjaya.Raja kerajaan ini menganut agama Hindu atau siwa.Rakai pikatan
yang waktu itu menjadi pangeran dinasti sanjaya, menikah dengan
pramodawardhani, puteri raja dinasti
Sailendra Samaratungga. Sejak saat itu corak kebudayaan Hindu mulai dianut oleh
masyarakat Mataram.Menurut pasasti canggal wangsa ini didirikan pada tahun 732
M oleh Sanjaya.Tak banyak yang diketahui pada masa awal wangsa Sanjaya.
Raja-raja
pada wangsa sanjaya.
1.Ratu Sanjaya
2. Ratu
Pikatan
3.Ratu Kayuwangi
4.Rakai Watuhumalang
5.Rakai Watukura Dyah Balitung
6.Mpu Daksa
7.Rakai Layang Dyah Tulodhong
8Rakai Sumba Dyah
Wawa
B. Wangsa Sailendra
Sailendravasma atau wangsa Sailendra
adalah nama wangsa atau dinasti
raja-raja yang berkuasa di Sriwijaya,pulau sumatera dan di Medang Jawa
Tengah tahun 752. Sebagian raja-rajanya
adalah penganut dan pelindung
agama Buddha Mahayana.
Di Indonesia nama Sailendravasma pertama kali terdapat pada prasasti kalasan tahun 700 saka(778 M). Kemudian muncul pula di dalam prasati dari desa Kelurak tahun 704 Saka(782 M). Prasasti Abhyagiri wihara dari bukti Ratu Baka tahun 714 Saka (792 M). Dan di
dalam prasasti Kayumwungan tahun 746 Saka(824 M). Di luar
Indonesia nama ini ditemukan di prasasti Ligor dari tahun 775 M dan prasasti Nalanda.
Prasasti yang memuat informasi tentang sailendra di atas kebanyakan menggunakan bahasa Sansekerta,dan tiga diantaranya menggunakan huruf Siddham.
Terkecuali prasasti kayumungan . Mengenai asal-usul keluarga Sailendra di Jawa
banyak dipersoalkan oleh beberapa sejarawan, sehingga memunculkan beberapa
teori. Yaitu ada yang mengatakan bahwa wangsa Sailendra berasal dari India,fu-nan,dan asli dari
Indonesia.
Teori
India
R.C. Majumundar beranggapan bahwa wangsa Sailendra di Indonesia,baik yang di
Jawa maupun yang di Sriwijaya,berasal dari Kalingga
di India Selatan. Pendapat tersebut juga dibahas oleh Nilakanta Sastri.dan
mengajukan pendapat bangsa wangsa Sailendra di Jawa berasal dari daerah Pandya
di India Selatan. J.L.Moens ,dalam salah satu karangannya yang menarik
peerhatian ,mengemukakan pendapat bahwa wangsa sailendra itu berasal dari India
Selatan,yang semula berkuasa di Palembang ,tetapi pada tahun 683 M, melarikan
diri ke Jawa karena mendapat serangan
dari Sriwijaya dari Semenanjung Malaya.
Teori
Fu-nan
G.Coedes lebih condong kepada anggapan
bahwa wangsa Sailendra di Indonesia berasal dari fu-nan atau kamboja.Menurut
pendapatnya ejaan Fu-nan dalam berita-berita Cina itu berasal dari kata Khmer
kunavnam atau bnam yang berarti gunung ;dalam bahasa khmer sekarang phnom,
raja-raja Fu-nan disebut parwatabhupala yang berarti raja gunung sama dengan
kata Sailendra. Setelah kerajaan Fu-nan itu runtuh sekitar tahun 620 M, maka
ada anggota wangsa raja-raja Fu-nan itu yang menyingkir ke Jawa,dan muncul
sebagai penguasa di sini pada pertengahan abad VIII M.
Kemudian de Casparis menemukan istilah
Waranaradhirajaraja di dalam prasasti Candi Plaosan Lor, juga prasasti Kelurak,
dan dia mengidentifikasikan waranara itu dengan waranaranagara atau na-fu-na di
dalam berita-berita China, yaitu memuat kerajaan Fu-nan setelah berpindah dari
Wiyadhapura atau te-mu setelah mendapat serangan dari Chenla di bawah pimpinan
Bhawawarman dan Citra sena pada pertengahan ke dua abad 6 M selanjutnya De
Casparis mengatakan bahwa setelah pindah ke na-fu-na yang biasa dilokasikan
didekat Angkorborai ada diantara raja-raja itu yang pergi ke jawa dan berhasil
mengalahkan raja yang berkuasa disana, yaitu sanjaya dan keturunannya.
Jadi menurut de Casparis di Jawa
mula-mula berkuasa wangsa raja-raja yang beragama Siwa, tetapi setelah
kedatangan raja dari Na-fu-naitu yang berhasil menaklukkannya, maka di jawa
tengah terdapat dua wangsa raja raja, yaitu wangsa Sanjaya yang beragama siwa,
dan para pendatang itu yang kemudian menamakan dirinya sebagai wangsa sailendra
yang beragama budha . Pendapat de Caparis itu di ilhami oleh F.H.VanNearssen,
yang melihat bahwa di dalam prasasti
Kalasan tahun 778 M, yang berbahasa sangskerta ada dua pihak, yaitu pihak raja
sailendra , yang hanya disebut sebagai permata sailendra tanpa nama, dan rakai
panangkaran, raja bawahanya dari wngsa Sanjaya.
Selanjutnya
de Casparis mencoba mengadakan rekontruksi jalanya sejarah keadaan mataram
sampai pada abad 9 M. Dengan landasan anggaan bahwa sejak abad pertengahan 8
ada dua wangsa raja raja yang berkuasa, yaitu wangsa Sailendra yang berasal
dari Fu-nan, dan penganut agama budha Mahayana, yang berhasil menaklukan raja
raja dari wangsa Sanjaya yang beragama siwa. Dalam beberapa pembangunan
candi-candi membantu wangsa Sailendra dengan memberikan tanah-tanah sebagai
sima bagi candi-candi tersebut.
Teori
asli Indonesia
Teori nusantara mengajukan kepulauan
Nusantara,terutama pulau Sumatera atau Jawa sebagai tanah air wangsa ini. Teori
ini mengemukakan bahwa wangsa Sailendra mungkin berasal dari sumatera yang
kemudian berpindah dan berkuasa di Jawa,atau mungkin wangsa asli dari pulau
jawa tetapi mendapat pengaruh kuat dari Sriwijaya.
Menurut beberapa sejarawan,keluarga
Sailendra berasal dari Sumatrayang berimigrasi ke Jawa Tengah setelah Sriwijaya
melakukan penyerangan pada abad 7 M dengan menyerang kerajaan Tarumanegara dan
Ho-ling di Jawa. Serangan Sriwijaya berdasarkan prasasti Kota Kapur yang
merencanakan penyerangan atas Bhumi Jawa yang tidak mau patuh dan taat kepada
kerajaan Sriwijaya.
Menurut J.Przyluski argumentasi
Coedes itu dilandaskan atas tafsiran yang meragukan dari satu bait di dalam
prasasti Prah Kot,yang menurut Coedes merupakan petunjuk bahwa raja-raja
Sailendra di Jawa menganggap dirinya keturunan wangsa Sailendra Fu-nan.
Menurut Przyluski istilah Sailendra wangsa itu
menunjukkan bahwa raja-raja itu menganggap dirinya berasal dari Sailendra
wangsa yang berarti raja gunung,dan merupakan sebutan bagi Siwa=Girisa. Dengan
perkataan lain raja-raja wangsa Sailendra di Jawa itu tentu menganggap leluhurnya
diatas gunung. Hal ini merupakan petunjuk baginya bahwa istilah Sailendra
berasal dari Indonesia.
Pendapat bahwa wangsa Sailendra itu
berasal dari luar Indonesia (India dan kamboja) juga dibantah oleh R.Ng.
Poerbatjakra. Ia merasa sangat tersinggung membaca tentang teori-teori
itu.seakan-akan bangsa Indonesia sejak dulu kala hanya mampu di perintah bangsa
asing. Menurutnya,raka sanjaya dan keturunan-keturunannya itu adalah raja-raja
dari wangsa Sailendra,asli Indonesia.,yang semula menganut agama Siwa,tetapi
sejak Rakai Panangkaran berpindah agama menjadi agama Buddha Mahayana. Sebagai
salah satu alasan ia menunjuk kepada kitab Carita Parahyangan,yang antara lain
memuat keteranganbahw Rahyang Sanjaya telah menganjurkan anaknya Rahyangta
Panabaran ,untuk meninggalkan agama yang dianutnya,karena ia ditakuti oleh
semua orang . Nama Rahyangta Panabaran diteliti adalah sebagai nama Rakai
Panangkaran.
Dalam prasasti Sojomerto itu dijumpai
nama Dapunta Selendra,yang jelas merupakan ejaan Indonesia dari kata Sansekerta
Sailendra. Maka sesuai dengan asal usul wangsa yang lain. Dapat disimpulkan
bahwa Sailendrawangsa itu berpangkal kepada Dapunta Selendra. Kenyataan bahwa
ia menggunakan bahasa Melayu Kuno di dalam prasastinya menunjukkan bahwa ia
asli orang Indonesia. Kemungkinan sekali berasal dari Sumatra,karena di situlah
dijumpai lebih banyak prasasti yang berbahasa Melayu Kuno. Kemungkinan prasasti
ini berasal dari abad 7 M yang ditemukan di daerah Pekalongan.
Dalam
prasasti juga disebutkan bahwa Dapunta Selendra menganut agama Siwa. Nama dari
bapak dan dan ibunya adalah Santanu dan Badhrawati,dan istrinya yang bernama
Sampula. Masih ada tokoh lain yang disebutkan dalam prasasti ini, namun karena
keadaan prasasti yang sudah usang maka tidak dapat terbaca seluruhnya. Demikian
pula istikah yang amenunjukkan hubungan antara tokoh ini dengan Dapunta
Selendra juga tidak dapat terbaca seluruhnya. Tokoh ini diberi gelar
Hiyang,jadi mungkin sekali tokoh yang telah diperdewakan dan dianggap sebagai
leluhur Dapunta Selendra.
Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunan-keturunannya itu
ialah raja-raja dari keluarga Sailendra, asli Nusantara yang menganut agama
Siwa. Tetapi sejak Paņamkaran berpindah agama menjadi penganut Buddha Mahayana,
raja-raja di Mataram menjadi penganut agama Buddha Mahayana juga. Pendapatnya
itu didasarkan atas CaritaParahiyangan
yang menyebutkan bahwa Rakai Sañjaya menyuruh anaknya Rakai Panaraban
atau Rakai Tamperan untuk mengetahui kabar mengenai Rakai Panangkaran yang
berpindah agama dari aliran Saiwa menjadi Buddha Mahayana juga sesuai dengan
isi Prasasti Raja Sankhara (koleksi Museum Adam Malik yang kini hilang).
Prasasti Sankhara ini
berbahasa Sangsekerta , akan tetapi sangat disayangkan karena yang ditemukan
hanya bagian bagian akhirnya saja. Ternyata prasasti ini dituliskan di dua
batu, batu pertama yang memuat bagian awal dari prasasti tidak ada. Dengan
melihat belakang prasasti yang tidak rata, dan ada bagian yang merupakan
tonjolan , rupa-rupanya prasasti ini dahulu di tempatkan dalam satu bangunan,
dan kemungkinan tidak diketahui kapan prasasti ini dikeluarkan kalaupun ada
tanggalnya karena yang ditemukan hanya bagian yang kedua.
Bagian yang tersisa dari prasasti ini berisi keterangan
tentang keadaan ayahnya yang sedang dilanda sakit keras dan akhirnya meninggal
tanpa dapat disembuhkan oleh pendeta gurunya. Bagian penutup prasasti memang
membayangkan bahwa raja Sangkhara kemudian menganut agama Buddha.
Ditemukan prasasti yang dapat memberikan keterangan tentang
perpindahan agama dari Siwa ke agama Buddha, prasasti ini tidak lengkap dan
tidak ada tahun dikeluarkannya, dari segi Paleografi dapat diperkirakan bahwa
prasasti ini berasal dari pertengahan abad VIII M, terdapat kemungkinan bahwa
ini adalah bukti epigrafis dari teori Poerbatjakra yang didasarkan pada
keterangan kitab Carita Parahyangan.
Dengan kemungkinan lain pendapat dari Poerbatjakra mengenai
asal usul-wangsa Sailendra adalah benar, mereka benar orang Indonesia asli,dan
hanya ada satu wangsa, yakni wangsa Sailendra
yang pada semula para pengikutnya beragama Siwa dan sejak masa
pemerintahan Rakai Panangkaran, mereka pindah ke agama Buddha Mahayana, dan
berpindah lagi sejak masa pemerintahan Rakai Pikatan.
C. Kerajaan Ho-ling
Munculnya wangsa Sailendra bersamaan
dengan perubahan dalam penyebutan Jawa di dalam berita-berita Cina. Pada abad V
M, berita-berita Cina dari jaman dinasti Sung Awal (420-470) menyebut Jawa
sebagai She-p’o, sedangkan berita Cina dari dinasti Tang menyebutnya sebagai
Ho-ling sampai tahun 818 M, kemudian berubah kembali menjadi She-p’o mulai
tahun 820 sampai tahun 856 M. Berita –berita Cina yang sampai kepada kita ada
dua versi, yaitu Ch’iu-Tang Shu dan Hsin T’ang Shu (618-906).
Berita Cina dari dinasti T’ang
menyebutkan letak Kerajaan Holing berbatasan dengan Laut Sebelah Selatan, (Kamboja) Chen-la di sebelah utara, Po-Li
(Bali) sebelah Timur dan To-Po-Teng di sebelah Barat. Nama lain dari Holing
adalah She-P’o (Jawa), sehingga berdasarkan berita tersebut dapat disimpulkan
bahwa Kerajaan Holing terletak di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah.
Tempat tinggal Raja adalah sebuah bangunan besar
bertingkat,beratapkan daun palem, ia duduk di atas kursi yang terbuat dari
gading, ia juga menggunakan tikar dari kulit bambu, kalau makan menggunakan
tangan. Dan penduduknya sudah mengenal tulisan serta sedikit mengenal ilmu
perbintangan. Kerajaan ini makmur dengan segala yang dihasilkannya, salah
satunya adalah emas dan perak.
Pada tahun 674 M rakyat
kerajaan mengangkat seorang wanita sebagai ratu,yaitu ratu Hsi-mo. Pemerintahan
Ratu Sima sangat keras, namun adil dan bijaksana. Rakyat tunduk dan taat
terhadap segala perintah Ratu Sima. Bahkan tidak seorang pun rakyat atau
pejabat kerajaan yang berani melanggar segala perintahnya.
Raja-raja yang memerintah kerajaan
Mataram Jawa Tengah.
Dinasti Syailendra
* Bhanu (752-775)
* Wisnu (775-782)
* Indra (782-812)
* Samaratungga (812-833)
* Pramodhawardhani (833-856), menikah dengan Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya)
Dinasti Sanjaya
* Sanjaya (732-7xx)
* Rakai Panangkaran
* Rakai Panunggalan (784-803)
* Rakai Patapan Rakai Warak (8xx-838)
* Rakai Pikatan (838-855), mendepak Dinasti Syailendra
* Rakai Kayuwangi atau Dyah Lokapala (855-885)
* Dyah Tagwas (885)
* Rakai Panumwangan Dyah Dewendra (885-887)
* Rakai Gurunwangi Dyah Badra (887)
* Rakai Watuhumalang (894-898)
* Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910)
* Pu Daksa (910-919)
* Sri Maharaja Rakai Layang dyah Tlodhong (919-921)
* Rakai Sumba Dyah Wawa (924-928)
* Mpu Sindok (928-929), memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur (Medang) Mpu Sindok ini tidak berasal dari wangsa Sanjaya melainkan dari wangsa Isyana.
* Sanjaya (732-7xx)
* Rakai Panangkaran
* Rakai Panunggalan (784-803)
* Rakai Patapan Rakai Warak (8xx-838)
* Rakai Pikatan (838-855), mendepak Dinasti Syailendra
* Rakai Kayuwangi atau Dyah Lokapala (855-885)
* Dyah Tagwas (885)
* Rakai Panumwangan Dyah Dewendra (885-887)
* Rakai Gurunwangi Dyah Badra (887)
* Rakai Watuhumalang (894-898)
* Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910)
* Pu Daksa (910-919)
* Sri Maharaja Rakai Layang dyah Tlodhong (919-921)
* Rakai Sumba Dyah Wawa (924-928)
* Mpu Sindok (928-929), memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur (Medang) Mpu Sindok ini tidak berasal dari wangsa Sanjaya melainkan dari wangsa Isyana.
2.2. Keadaan Masyarakat.
Menurut
Prijohutomo:1953:31:dalam bukunya Sedjarah Kebudajaan Indonesia II Keadaan masyarakat pada saat itu tak lebih
sederhana dari kehidupan pada zaman Majapahit,terkecuali dilingkungan keraton.
Pengaruh kebudayaan Hindu sama sekali belum sampai meresap ke desa-desa.
Sehingga belum ada perubahan-perubahan terhadap lingkungan dan pemikiran
rakyat....kebudayaan Hindu hanya dikenyam oleh raja-raja saja.
a. Kehidupan Politik
Dalam sistem
ketatanegaraan pemerintahan kerajaan-kerajaan kuno, seorang raja (sri maharaja)
adalah menjadi pengusa tertinggi dalam pemerintahan. Sesuai dengan landasan
kosmogonis,kerajaan raja ialah penjelmaan dari dewa di dunia. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan gelar Abhiseka dan puji-pujian kepada raja-raja di
dalam berbagai prasasti dan kitab-kitab susastra Jawa Kuno yang telah
ditemukan.
Di jaman Mataram kuno
hanya ada dua raja yang bergelar Abhiseka
dengan unsur tunggadewa. Dalam naskah Ramayana kakawin yang masih dapat
kita lihat, ternyata di dalamnya ada bagian yang berisikan uraian tentang
rajadharma (tugas kewajiban seorang raja). Yaitu terdapat dalam
ajaran astrabata “perilaku yang delapan”. Dikatakan bahwa dalam sosok seorang
raja terdapat paduan dari delapan dewa, yaitu indra sebagai dewa hujan, dewa
Yama sebagai dewa Maut, dewa Suryya sebagai dewa Matahari, dewa Soma sebagai
dewa Bulan, dewa Wayu sebagai dewa Angin, Kuwera atau dewa kekayaan, Waruna
sebagai dewa Laut, dan Agni sebagai dewa Api.
Kalau sejak raja Airlangga sampai
munculnya Wangsa Rajasa, raja-raja menggunakan gelar Abhiseka yang berarti
penjelmaan Wisnu. Hal tersebut mungkin berlandaskan atas konsepsi yang lain
lagi, meskipun juga termasuk dalam konsepsi kosmologis yang bagi Dr. B.
Shcrieke sebagai konsep kaliyuga. Konsep ini digunakan oleh nenek moyang kita
untuk membenarkan fakta sejarah tentang tergulingkannya seorang maharaja oleh
raja bawahannya. Dalam kitab Nagarakrtagama
digambarkan sebagai kembalinya tatanan dalam jaman kaliyuga. Konsepsi ini
ternyata sudah dikenal sejak abad VII, yang terdapat dalam prasasti Canggal.
Ada ketentuan mengenai hak waris atas
takhta kerajaan, yaitu pertama adalah anak raja yang lahir dari prameswari,
sampai pada jaman raja kula rajasa putra mahkota bergelar rakai hino atau
rakaryan mapatih i hino. Dapat juga adik,kemenakan,paman atau kerabat yang
masih dalam keturunan secara langsung.
Dalam prasasti jaman pemerintahan
rakai Kayuwangi dan Rakai Watukara
terdapat pejabat yang kedudukannya boleh dibilang setingkat dengan putra
raja, yaitu pamgat tiruan. Dan yang sejenisnya, hino,halu,sirikan,dan wka.
Selain lima orang itu ada sejumlah
pejabat di tingkat pusat, namun jumlahnya tidak sama dalam setiap prasasti. Dan
terlengkap ada 12 orang pejabat yaitu rake halaran, rake pangilhyan, rake
wlahan, pamgat manhuri, rake lanka, rake tanjung, pankur, tawan, tirip, pamgat
wadihati, dan pamgat madukur.
Dan terdapat satu lagi pejabat yang
hingga sekarang hanya dijumpai dalam prasasti-prasasti di Jawa Timur yaitu rakryan kanuhurun , yang ditemui pada
prasasti Balinawan, prasasti kubu-kubu, prasasti sugeh manek, dan prasasti
sangguran.
b. Kehidupan Sosial Budaya
“Stratifikasi sosial
berdasarkan kedudukan sosial seseorang di dalam masyarakat. Baik berdasarkan
struktur birokrasi maupun berdasarkan materiil. Pada kenyataannya stratifikasi
sosial dalam masyrakat Jawa kuno bersifat kompleks dan tumpang tindih”.
(Poesponegoro&Notosusanto:1984:24).
Pada zaman Mataram,
hubungan antara kalangan istana dan desa-desa cukup erat. Untuk menjaga
keamanan terdapat berbagai peraturan yang harus ditaati oleh semua orang
(pegawai maupun rakyat). Hal ini berarti menunjukkan bahwa masyarakat Mataram
hidupnya sudah teratur. Kehidupan sosial masyarakat tersebut tidak jauh berbeda
antara kerajaan dinasti Sanjaya maupun dinasti Syailendra.
“Keturunan raja Sanjaya yang beragama
hindu mendirikan candi-candi di Jawa Tengah utara seperti candi di dataran
tinggi Dieng yang dibangun antara 778-850 M, candi prambanan/ Loro Jonggrang
(yang dibangun oleh Rakai Pikatan dan diteruskan oleh penggantinya dan selesai
pada masa pemerintahan Raja Daksa 915 M), candi Sambisari, candi Ratu Baka dan
lain-lain. Sedang pada dinasti Syailendra yang beragama Budha mendirikan candi
mendut, pawon, borobudur, kalasan, sari dan sewu”(. http://sugionosejarah.wordpress.com/2011/10/03/kerajaan-mataram-hindu/).
c. Kehidupan Agama dan Kepercayaan
“Sebelum penaklukan sriwijaya pada
dekade terakhir abad 7 M, dipercayai
kawasan Jawa Tengah telah pun dipengaruhi oleh Hinduisme Sivaisme,namun
penyembahan pada roh nenek moyang nampaknya masihberterusan dan telah
bersenyawa dengan ajaran Hinduisme yang datang kemudian itu,....yang berkembang
di Jawa Tengah itu adalah daripada madzab Mahayana”(Halimi
J.A.:2008:134:Sejarah dan tamadun bangsa melayu).
Walaupun telah disebutkan bahwa
sebagian besar penduduk sriwijaya adalah pengikut madzab Hinayana, namun yang
berkembang di Jawa Tengah adalah Mahayana. Perubahan Madzab ini terjadi pada
abad ke-7 M di Sriwijaya, terutama pada lingkungan istana yang mengirimkan dua
pendeta Mahayana ke Sriwijaya untuk menyebarkannya.
“Keluarga wangsa
Sailendra di sini menganut agama Buddha Mahayana. Buddha berkembang di Jawa
Tengah pada abad ke-8 M. Namun keberadaan agama Hindu tidak tersingkirkan sebab
hal tersebut. Nampaknya, kedua agama itu telah bersenyawa(sinkretis).
Unsur-unsur tersebut jelas terdapat pada candi dan kitab-kitab kedua agama
tersebut, seperti candi Borobudur,Prambanan. Kitab Sang Hyang Kamahayanikan dan
Sutasoma”(Halimi J.A.:2008:135:Sejarah dan tamadun Bangsa Melayu).
d.
Kehidupan Ekonomi
Beberapa
prasasti memberi keterangan selintas tentang kegiatan ekonomi pedesaan. Yaitu
dengan sistem perdagangan,dan pengrajin. Sistem perdagangan di sini terbagi
atas dua sistem.
Yang pertama dengan
perdagangan di pasar desa.yang dijul adalah hasil bumi seperti buah-buahan,
beras . juga hasil industri rumah tangga
, seperti, payung,keranjang,barang-barang anyaman dll. Yang ke-dua perdagangan
antar desa atau antar wilayah watak pada jaman Mataram kuno.
“Kehidupan ekonomi
masyarakat juga bertumpu pada pertanian.
Pada masa Raja Balitung aktivitas perhubungan dan perdagangan dikembangkan
lewat Sungai Bengawan Solo. Pada Prasasti Wonogiri (903) disebutkan bahwa
desa-desa yang terletak di kanan-kiri sungai dibebaskan dari pajak dengan
catatan harus menjamin kelancaran lalu-lintas lewat sungai tersebut”(. http://triocoellophe.wordpress.com/2012/03/13/perkembangan-agama-buddha-dan-hindu-di-nusantara/).
2.3.
Penyebab perpindahan kerajaan Mataram.
Beberapa hal yang menyebabkan
perpindahan kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah ke Jawa Timur yaitu:
1.
Perpindahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada
permulaan abad 10 A.D. fakta ini didahului dengan perpindahan perhatian dari
raja-raja Jawa Tengah secara berangsur-angsur
ke Jawa Timur.
2.
Kemungkinan dari alasan-alasan politis
yang dikemukakan oleh Dr,J.G.de Casparis.
3.
Terjadinya serangan musuh ke dalam
keraton atau kaliyuga.
4.
Menurut Dr.R.W.Van Bemmelen mengatakan
bahwa ia menemukan tanda-tanda dari ledakan gunung merapi pada masa lampau,
Bagian sebelah barat meledak dan mengalir ke bawah dengan kecepatan
penuh,sehingga terbentuk bukti-bukti gendol.
Menueut
pendapat Boechari,kita perlu data-data yang lebih teoat tentang terjadinya
bencana alam itu,kalau dapat dibuktikan bahwa itu terjadi pada sekitar awal
abad 10 A.D, maka dapat dipastikan bahwa memang benar ledakan inilah yang
menyebabkan perpindahan Ibu kota,kami memikirkan kemungkinan bahwa ibu kota
dihancurkan oleh gempa bumi atau aliran lava atau keduanya.
5.
Salah satu daerah yang subur
ditinggalkan ,karena mereka menjadi tidak berpenduduk dan tidak dapat
untuk bertani s\dalam waktu yang lama,
ini dianggap sebagai faktor Ekonomi.
2.4 Sumber Sejarah
a. Prasasti
Sumbersajarah yang
menerangkantentangkeberadaanKerajaanMataramKuno di Jawa Tengah antara lain
1.PrasastiBalitung
Prasasti ini ditemukan di Desa
Mantyasih daerah Kedudanberangka tahun 907 M.Prasasti yang dibuat oleh Raja
Balitung ini disebut juga Prasasti Mantyasih atau Kedu.Bentuknya berupa
lempengan tembaga dan berisisilsilah Dinasti Sanjaya. Prasasti tersebut
berbunyi “RahyangtarumuhunrimedangriPohpitu”, yang artinya dewa-dewa atau nenek
moyang yang telah meninggal di Medang di Pohitu. Dalam prasasti ini terdapat nama-nama seperti:
·
Sri Maharaja Mataram sang RatuSanjaya
·
Sri Maharaja RakaiPanangkaran
·
Sri Maharaja Panunggalan
·
Sri Maharaja RakaiWarak
·
Sri Maharaja Garung
·
Sri MaharajaPikatan
·
Sri MaharajaKayuwangi
·
Sri MaharajaWatuhumalang
·
Sri MaharajaWatuhuraDyahBalitung
2.
PrasastiCanggal
Prasasti ini berasal dari halaman
percandian di atas Gunung Wukir di
Kecamatan Salam (Magelang).Prasasti ini berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta,dan berangka tahun 654
Saka (6 Oktober 732M).(Lihat gambar 1.2)
Dalam bait pertama dikatakan bahwa Raja Sanjaya telah
mendirikan lingga di atas bukit pada tanggal 6 Oktober tahun 732 M. Lima bait
berikutnya berisi puji-pujian kepada Siwa, Brahma danWisnu, dengan catatan
bahwa untuk Siwa sendiri tersedia tiga bait. Bait ketuju memuji-muji pulau Jawa
yang subur dan banyak menghasilkan gandum (atau padi) dan kaya akan tambang
emas.Dua bait berikutnya ditujukan kepada Raja Sanna, yang memerintah dengan
lemah lembut bagaikan seorang ayah yang mengasuh anaknya sejak kecil dengan
penuh kasih sayang, dan dengan demikian bahkan menjadi termashur di mana-mana.
Dan tiga bait terakhir ditujukan kepada pengganti Sanna, yaitu
Raja Sanjaya, anak Sannaha,saudara perempuan
Raja Sanna .1
3. Prasasti Kalasan
Prasasti Kalasan berangka tahun 776
M. Adapun isinya adalah “Para guru sang raja mustika keluarga Syailendra telah
berhasil membujuk Maharaja Tejahpurnapana Panangkaran untuk membangun sebuah
bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah biara para pendeta. Raja panangkarana
menghadiahkan sebuah tanah di Kalasan kepada para Sangha”.
Informasi yang diperoleh dari
prasasti ini menunjukkan bahwa sekitar abad 8 M dan 9 M di Mataram Lama telah
terjalin kerukunan umat beragama. Raja Panangkaran yang beragama Hindu
mendirikan bangunan suci untuk umat Budha. Walaupun pada saat itu Dinasti
Sanjaya mulai terdesak oleh Wangsa Syailendra, kedudukan raja-raja Sanjaya
tetap di akui.
1 Poesponegoro & Notosusanto, 1984, hal 98
De Casparis diilhami oleh F. H. Van Naerssen, yang melihat
bahwa didalam Prasasti Kalasan tahun 778 M, yang berbahasa sanskerta ada dua
pihak, yaitu pihak Raja Wangsa Sailendra, yang hanya disebut sebagai Permata
Wangsa Sailendra tanpa nama, dan Rakai Panangkaran, raja bawahnya dari wangsa
Sanjaya.2
4. Prasasti Kelurak
Prasasti Kelurak berangka tahun 782
M. Prasasti ini menerangkan bahwa seorang raja yang bernama Indra membuat
bangunan suci dan Arca Manjusri. Tulisan itu menggunakan huruf Pranagari dan
berbahasa Sanskerta. Mungkin yang dimaksud dengan bangunan suci dalam tulisan
itu adalah Candi Sewu yang terletak di sebelah Candi Prambanan.
5. Prasasti
Karangtengah
Prasasti ini berangka tahun 824 M.
Pada prasasti ini terdapat tulisan yang menerangkan bahwa Raja Samaratungga
mendirikan bangunan suci di Wenuwana. Para ahli menyebutnya
sebagai Candi
Ngawen. Candi ini terletak sebelah barat Muntilan. Disebutkan juga bahwa
putrinya yang
bernama Pramodhawardani membebaskan pajak tanah disekitar bangunan suci untuk
pemeliharaan Kamulan di Bumisambhara. Dalam hal ini yang dimaksudkan Kamulan
Bumisambhara adalah Candi Borobudur. Jadi, Candi Borobudur dibangun atas
perintah Samaratungga, sedangkan arsiteknya adalah Ganadharma.
6. Prasasti Tuk Mas
Prasasti ini ditemukan di desa
Lebak, Kecamatan Grabag (Magelang) di lereng gunung Merbabu, dan dikenal dengan
Prasasti Tuk Mas.3 Prasasti
ini dipahatkan pada sebuah batu alam yang besar yang terdiri di dekat suatu
mata air. Hurufnya Pallawa yang tergolong muda, dan
bahasanya sanskerta
. Menurut analisa paleografis dari Krom prasasti ini berasal dari pertengahan
abad VII M. Isinya pujian kepada suatu mata air
yang keluar dari gunung, menjadi sebuah sungai yang mengalirkan airnya yang
dingin dan bersih melalui pasir dan batu-batu, bagaikan sungai Gangga.
2
F. H. van Naerssen: The Cailendra
Interregnum. Indian Antiqua, 1947, hal. 249-253
3 H. Kern: “Het Sanskrit-inscriptie
van Tuk Mas (Dakawu, res. Kedu; ± 500 A.D.)”.VG. VII, hal.201-204
7. Prasasti
Kayumwungan
Menggunakan huruf siddham, bahasa sansekerta. Berangka tahun
746 Saka (824 M).
8. Prasasti
Sojomerto
Menjelaskan tentang agama yang
dianut oleh Dapunta Selendra.
9. Prasasti
Sankhara
Menjelaskan tentang kapan wangsa
Sailendra menganut agama Buddha. Prasasti ini adalah milik Adam Malik. Prasasti
ini berbahasa Sansekerta,ditulis atas dua batu.
10. Prasasti Mantyasih
Di sini
disebutkan bahwa Sanjaya sebagai raja pertama yang bertahta di Medang. Dan
keterangan tentang pengganti-penggantinya.
11. Prasasti Siwagerha
Menjelaskan tentang keberadaan sebuah candi di Pulau Jawa dui daerah
kunjarakunja. Yang dikelilingi oleh sungai gangga.
12. Prasasti Hampran
Prasasti ini ditulis di atas batu alam,
tahun 672 Saka (24 juli 750), menggunakan bahasa sansekerta dan huruf Jawa
kuno. Isinya tentang pemberian tanah di desa Hampra, oleh orang yang bernama
Bhanu untuk kebaktian terhadap Isa.
13. Prasasti Dinoyo
Dibuat untuk
memperingati pembuatan arca Agastya dari batu hitam dengan bangunan candinya,
sebagai pengganti patung Agastya yang dibuat oleh nenek moyangnya dari kayu
cendana.
14. Prasasti Kubu-kubu
Berangka
tahun 827 saka (17-X-905 M). Yang menyebut bahwa pada jaman pemerintahannya
telah terjadi penyerangan ke Banten, dan Banten dapat dikalahkan.
15. Prasasti Abhayagiriwihara
Disebutkan
adanya hubungan dengan Sri lanka.
16. Prasasti Nalanda
Rakai Panangkaran beranak Samaragrawira yang sekiranya dapat
disamakan dengan Samaratungga di dalam prasasti Kayumwungan.
17. Prasasti Munduan
Menjelaskan tentang pembatasan tanah yang akan dianugerahkan kepada
hambanya yang bernama sang Pantoran, dengan diberi kewajiban untuk mengembala
kambing.
18. Prasasti Tulang Air
Tahun 772
Saka (15 juni 850 M). Berasal dari candi Perot . terdapat dua prasasti dalam
dua batu besar yang berisi naskah yang sama. Namun keadaan sangat aus.
19. Prasasti Siwargha
Rakai kayuwangi baru dinobatkan
sebagai raja pada tahun 856 M. Di prasasti ini disebut sebagai Rakryan
Mahamantri i hino Daksottama. Kita tahu bahwa Daksottama adalah nama Rakryan
Mahamantri pada jaman pemerintahan Rakai Wukurara Dyah Balitung. Maka, dengan
kekacauan ini sangat diragukan kebenaran prasasti ini.
20. Prasasti
Tinulad
Berangka tahun 762 Saka (18 juli
840 M). Prasasti ini menyebut nama raja Sri lokapala .
21. Prasasti
berbahasa melayu dari Gindosuli
Berangka tahun 749 saka.
Memperingati persembahan dari Dang Puhawang Glis, seorang nahkoda kapal bersama
anak dan istrinya.
22. Prasasti
Manjusrigha
Terdapat di candi Sewu tahun 729
M. Berbahasa melayu kuno.
23. Prasasti Tri
Tpusan
24. Prasasti
Wukiran
25. Prasasti Tryamwakalingga
26. Prasasti Wuatan Tija
Tahun 802 saka.
27. Prasasti
Munggun Antan
Tahun 808 saka.
28. Prasasti
Watukura
29. Prasasti
Kinewu.
30. Prasasti Rukam
31. Prasasti Telang
32. Prasasti Luitan
33. prasasti
Palepangan
34. Prasasti Taji
Gunung
35. Prasasti Munggu
Antan
36. Prasasti Sugih
Manek
37. Prasasti
Sungguran
38. Prasasti
Kambang Sri
39. Prasasti dari
Blota.
b.Candi
Peninggalan Dinasti Sanjaya meliputi:
v Candi
Prambanan
v Candi
Dedong songo (Lihat gambar 1.3)
v Kompleks
Candi Dieng
v Candi
Pringapus
v Candi
Selogrio
Peninggalan Dinasti Syailendra meliputi:
v Candi
Borobudur (Lihat gambar 1.4)
v Candi
Pawon (Lihat gambar 1.5)
v Candi
Kalasan
v Candi
Sari
v Candi
Sewu ( Lihat gambar 1.6)
v Candi
Ngawen
BAB III
PENUTUP
3.1 Daftar Gambar
Gambar 1.2 Gambar
1.3
Gambar
1.4 Gambar
1.5
Gambar 1.6
Peta
lokasi Kerajaan Mataram di Jawa Tengah
3.2
Kesimpulan
1. Bahwa
kerajaan Mataram Jawa Tengah terdiri dari dua dinasti. Yaitu dinasti Sanjaya
dan dinasti Sailendra.
2. Keadaan
masyarakat saat masa awal kerajaan Mataram di Jawa Tengah boleh dikatakan
makmur, karena pengaruh dari peran seorang raja yang juga sangat arif
bijaksana. Terdapat beberapa aspek disana, yaitu aspek social, aspek keagamaan,
aspek ekonomi dan aspek politik.
3. Sebagaimana
yang telah disebutkan di atas, penyebab perpindahan ibu kota yang mulanya di
Jawa Tengah menjadi Jawa Timur ada beberapa hal, salah satunya adalah alasan
ekonomi dan pengalihan perhatian ke Jawa Timur sehingga Jawa Tengah
ditinggalkan.
4. Dari
segi sumber-sumber sejarah, terdapat banyak prasasti yang ditulis pada masa
kekuasaan raja-raja Mataram Jawa Tengah. Ditemukan juga candi-candi yang dapat
menjadi bukti dari kejayaan kerajaan Mataram Jawa Tengah.
3.3 Daftar Rujukan
Poesponegoro,M.D.
& Notosusanto,N.1984.Sejarah Nasional
Indonesia II.Jakarta:Balai Pustaka.
Boechari.1991.Beberapa pemikiran tentang persoalan
perpindahan pusat pemerintahan MataramDari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada abad
ke 10 masehi.Malang:Laboratorium Pendidikan Sejarah IKIP Malang.
Prijohutomo.1952.Sedjarah.Djakarta:W.Verluys.N.V.
Halimi
J.A.:2008.Sejarah dan Tamandu bangsa
Melayu.Selangor.UNIPRESS PRINTER SDN
BHD.
Sugiono.2011.Kerajaan Mataram Hindu,03 Oktober 2011.
Dalam Sugionosejarah,(online),(http//
Sugionosejarah),diakses 01 Novenber
2012.
Triocoellophe.2012.Perkembangan agama Buddha dan Hindu di
nusantara. 13 Maret 2012.
(online),(http//triocellophe),diakses
01 Novemnber 2012.
Tim nasional penulisan sejarah Indonesia.2010.Sejarah nasional Indonesia.Jakarta:Balai
pustaka.
Untuk gambar prasasti Canggal rangka tahun 654 Saka gambarnya tidak muncul... & gambar2 candi peninnggalan dinasti sanjaya. thanks
BalasHapusMataram kuno dikenang dengan candi Borobudur dan Prambanan
BalasHapus